semua dia tetap kerja pada keluargaku.Sekarang
usianya sudah menginjak 59 tahun,lebih tua 4 tahun dari usia ayahku. Ia juga
telah memiliki tiga orang anak dan semuanya telah bekeluarga. Anaknya yang
paling kecil pun seusia denganku 28 tahun. Anaknya itu ikut suaminya yang
bekerja sebagai seorang guru di propinsi tetangga. Selama ia ikut dengan
keluargaku,ia telah dianggap sebagai saudara angkat oleh ayah ibuku,mereka
menempati rumah permanent yang berada di halaman belakang rumah kami.Dan
disanalah mereka membesarkan anak-anaknya hingga dewasa.Dulu selalu aku ingat
jika kesekolah kami selalu bersama sama diantar sopir,karena ayahku memasukkan
kami pada sekolah yang sama.Hingga sampai lanjutan atas.Dan karena kemampuan
akademis dan juga kesempatan yang aku peroleh,maka aku berhasil menempuh ke
perguruan tinggi idamanku sedangkan ,anaknya masuk akademi saja.
Aku dan kedua kakakku juga telah mengganggap mereka
adalah orangtuaku juga.Jika kedua orang tuaku keluar kota atau berkunjung ke
daerah,maka yang menjaga kami adalah mereka.Orang tuaku selalu menjaga perasaan
mereka dan anak-anaknya. Semua kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya telah
di tanggung orangtuaku,makanya mereka amat suka bekerja dgn keluargaku.Begitu
juga hingga dalam menikahkan anak mereka. Semuanya telah di tanggung ayahku.
Aku dan kedua saudaraku juga sudah berumah tangga,kebetulan aku adalah anak
paling bontot alias bungsu.Abangku yang pertama sekarang bekerja di Jakarta dan
telah dikaruniai dua orang anak yang lucu-lucu. Sedangkan kakak keduaku yang
kebetulan wanita juga telah menikah dan menetap di pulau dewata ikut
suaminya.Abangku tidak mau melanjutkan usaha ayahku karena ia lebih suka
menjadi tenaga medis yang memang banyak dibutuhkan tenaga dan pikirannya.Jadi
akulah yang di beri tanggung jawab oleh orang tuaku untuk melanjutkan usaha
yang sudah dirintis bertahun tahun oleh ayahku.Sayang sekali jika usaha yang
mereka bangun ini akan sia sia,itulah permintaan ayahku disaat aku telah
menamatkan S2ku dibidang management.
Namaku Rianti Savitri, biasa dipanggil Riri. Usiaku
saat ini sudah menginjak 28 tahun.Aku baru saja menikah setahun yang lalu
dengan seorang pria yang dengan gigih menaklukan hatiku.Namanya Ardiansyah
biasa dipanggil Ardi. Dia bekerja di pemerintahan dan berstatus PNS.Jadi
sebagai kepala keluarga ia amat bertanggung jawab dan melindungi aku.Makanya
tidak salah aku menerima cintanya karena kegigihannya dan kedewasaan
sikapnya.Lagi pula dari sekian banyak teman laki-laki yang aku kenal dan berusaha
dekat dengan aku hanya Bang Ardilah yang sangat gigih dan dewasa,tidak seperti
pemuda-pemuda lain yang amat memamerkan kekayaan orangtua dan jual tampang
.Padahal semua itu aku tidak peduli,sebab aku tidak memandang harta mereka,lagi
pula aku juga tidak kekurangan harta sebab aku sudah terbiasa menjadi orang
biasa saja karena didikan orangtuaku,meski mereka amat berada. Lagipula bang
Ardi juga tidak terlihat sikap sombong atau status keluarganya.Dia orangnya
biasa saja padahal ia adalah putra seorang mantan pejabat yang amat disegani di
daerahku.Namun semua itu tidak tercermin dalam sikapnya.Ia amat sederhana dalam
kesehariannya.
Dengan tidak terlalu bertele-tele seperti kebiasaan
yang diatur adat kami dari Minang ,maka kamipun menikah.Kedua keluarga kami
amat bahagia,terlihat dari raut wajah ayah dan ibu juga mertuaku.Dan selesai
acara pernikahan itu,maka malamnya pun kami tidak melewatkan saat saat yang
biasa dilakukan pasangan lain yang telah menikah.Padahal saat itu aku masih
merasa capai karena melakukan prosesi siang tadi,namun demi membahagiakan suami
dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri maka akupun menurut saja.
Dimalam pertama itu,pun untuk pertama kalinya dalam hidupku aku sekamar dengan
seorang laki-laki lain.Ia adalah suamiku.Sebelumnya aku mandi air panas agar
tubuhku segar dan untuk menghapus segala make up juga pernak pernik yang
menempel di sekujur tubuhku.Begitu juga dengan suamiku ia mandi juga,setelah
berpakaian tidur barulah kami beranjak ke ranjang pengantin kami.Dengan hati
yang berdebar debar aku menerima perlakuan Bang Ardi padaku.Awalnya ia ciumi
kening,lalu..kedua pipiku,lalu bibirku.Aku menurut saja saat itu.Maklumlah aku
sedang melaksanakan kewajibanku sebagai istri.Kemudian jari-jariku ia ciumi,aku
sempat menutupkan mata menunggu saat saat yang amat mendebarkan ini.Tidak lama
kemudian iapun mulai melepaskan baju tidurku satu persatu hingga yang tersisa
hanya bra dan celana dalamku saja.Syukurlah malam itu lampu kamar itu telah di
setel meredup.Jadi rasa grogi dan takutku tidak terlalu terlihat bang Ardi.Bang
Ardipun terus dengan tindakannya karena memang itu adalah haknya pada
tubuhku.Ia akan mengambil haknya sebagai suamiku malam itu.Dengan nafas yang
berdebar debar aku menunggu apa yang akan ia perbuat padaku.
Ciuman dan rabaannya pada wilayah sensitif di
tubuhku seakan menjadi cambuk untuk terus menaikkan gairahku.Memang selama ini
aku belum pernah merasakan yang namanya telanjang atau raba rabaan dengan
laki-laki lain. Selama pacaranpun aku hanya pernah di cium pipi dan genggam
tangan saja.Malam itu aku pasrah, aku tidak kuasa untuk membalasnya,aku kuatir
nanti di bilang agresif oleh suamiku,padahal ini adalah malam pertama kami.Aku
ingin meberikan hal yang terbaik padanya. Selama ia meraba dan merangsangi
aku,membuat tubuhku panas dingin,bulu-bulu roma di tengkuk dan tanganku seakan
berdiri semua, pori-poriku merinding, perasaan malu,nikmat dan gairah datang
silih berganti.Hingga akhirnya bra dan celana dalamku lepas meninggalkan
tubuhku dan terlempar ke lantai kamarku.Keringat dingin mulai membasahi tubuhku
dan tubuh bang Ardi.Yang terdengar hanya lenguhan dan rintihan aku malam
itu.Kain sprei sudah kusut disana sini karena gerakan tubuh aku dan
suamiku.Saat itu aku hanya sempat meremas kain sprey saja juga terkadang rambut
suamiku disaat ia menjilati belahan payudaraku,juga memilinnya dengan
mulutnya.Ia seakan sama persis seperti bayi yang ingin menyusu pada
ibunya.Namun aku sudah amat kewalahan.Sampai2 aku merasakan ada rasa basah di
celah kewanitaanku.Lalu Bang Ardi terus melakukannya dengan intens menurun
kearah perutku yang basah oleh keringat. Sedangkan kedua tangannya tetap terus
meremas kedua payudaraku.
Tanpa aku duga suamiku menuju kearah kewanitaanku
dan dengan kedua tangannya ia buka kedua pahaku.Aku menduga saat itu ia akan
melakukan coitus .Namun aku salah kira.Ia lalu menjilat liang kewanitaanku.Aku
kaget dan merapatkan kembali pahaku.Aku sempat melarangnya.Sebab bagiku itu
amat menjijikan,Namun ia bilang padaku bahwa itulah saat-saat seorang suami ingin
membahagiakan istrinya katanya..Aku tetap berusaha agar ia jgn sampai melakukan
itu, sebab aku amat menghormatinya sebagai suami,namun ia tetap tidak mau
menuruti kata-kataku.Akhirnya dengan persaan malu,takut dan aku tidak tahu mau
bilang apa,ia lalu menjilati liangku setelah sebelumnya ia telah membuka kedua
pahaku kembali.Beberapa saat ia memasukan lidahnya dan menghirup liang
kewanitaanku.Aku serasa terbang kelangit.Rasa geli,nikmat,dan rasa ada yang
akan keluar membuatku menghentak hentak dan merapatkan pahaku yang aku saat itu
masih ada kepala suamiku di sana.Dan tanpa bisa aku cegah lagi aku orgasme.Di
celah kewanitaanku mengalir air cintaku ,namun suamiku tidak berhenti ia tetap
disana.Dan yang membuat aku merasa amat salut dan takhluk padanya adalah ia
menghirupnya dan menelannya hingga tandas.Aku tidak kuasa melarangnya,sebab
saat itu tubuhku seakan lemas,dan tak ada bobot lagi untuk menggerakkan
badanku.Dan itulah yang pertama kali selama hidupku aku merasakan orgasme untuk
yang pertama kalinya oleh suamiku.Ada berjuta juta rasa yang keluar dari
tubuhku saat itu, jika mengingat orgasme yang aku alami ini.Pantas saja semua
pasangan ingin selalu melakukan hal ini jika bersama pasangannya.Dan alangkah
indah rasanya.Saat itu aku seakan terlambat,kenapa tidak dari dulu-dulu aku
menikah, jika rasanya seperti saat ini.Padahal saat itu suamiku belum melakukan
coitus pada kewanitaanku.Begitu saja sudah membuatku menggelepar gelepar
apalagi jika coitus telah terjadi.
Sensasi yang aku rasakan seolah membuatku
kehausan,lalu aku minta izinnya untuk beristirahat sebentar.Suamiku mengizinkan
dan ia juga merasakan haus.Lalu ia mengambil air minum yang tersedia di meja
kecil dekat kaca riasku.Lalu ia bantu aku meneguk air minum,air itu aku minum
sampai tandas,hingga kemudian suamiku menambah air lagi lalu meminumnya
sendiri.Aku lihat didada masih banyak keringat.Hingga akupun mengelapnya dengan
handuk kecil yang tersedia didekat pintu kamar mandi di kamar aku ini.Sedangkan
saat itu aku masih bertelanjang bulat dan hanya menutupi tubuh putih mulusku
dengan kain selimut yang ada di ranjangku.Padahal suamiku masih mengenakan
celana dalam.Ia belum melepas celana dalamnya.Masih sempat aku lihat
kemaluannya yang belum bereaksi.Biasanya dari buku yang aku baca selama ini,kalau
laki-laki yang sedang atau akan melakukan hub sex pasti kemaluannya akan tegang
atau berdiri namun aku tidak melihat kepunyaan bang Ardi seperti itu.
Aku lalu kembali ke ranjang dan menarik tangan
suamiku untuk naik ke ranjang kembali.Iapun menurut,lalu ia masuk kedalam
selimut yang aku pakai menutupi tubuh telanjangku.Dengan naluri kelelakiannya
iapun meraba raba titik titik sensitive di tubuhku.Aku saat itu,tahu akan
keinginannya yaitu melakukan coitus.Aku kembali bergairah.Ini terasa saat ada
lelehan lendir di liang kewanitaanku,juga payudaraku kembali mengeras oleh
rabaan dan pilinan jari jari suamiku.Aku kembali mendesis dan melenguh.Lalu ia
buka kedua kakiku,saat itu aku merasakan kemaluan suamiku mulai tegak karena
gesekan dengan kulit pahaku.Akupun menurut dengan isyaratnya yang membuka
pahaku.Suamiku lalu memposisikan kedua kakinya diantara pahaku yang terbuka.Ia
lalu mengarahkan kemaluannya yang aku rasa saat itu mulai mengeras,liang
sanggamaku.Aku menurut dan hanya memicingkan mataku.Mataku mulai berair,ada
rasa sedih,juga rasa pengabdian pada suami yang beberapa saat lagi akan merubah
statusku yang perawan menjadi seorang istri yang berbakti pada suami.Lelehan
air mataku mulai membasahi pipiku dan bercampur keringat karena gairah nafsu
yang mulai datang.
Perlahan suamiku mulai meretas jalan bagi
kemaluannya memasuki diriku.Namun beberapa kali gagal,namun ia terus saja
berusaha membobol benteng pertahananku.Namun disaat yang dia dan aku impikan
itu,belum juga menampakkan hasil.Suamiku sekuat tenaga berusaha masuk,akupun
terus memberinya jalan agar dengan mudah dimasukinya.Namun tanpa aku dan
suamiku duga sebelumnya.Tiba tiba saja disaat kepala kemaluannya baru menyentuh
bibir liang kemaluanku terjadi yang tidak kami inginkan.Aku sudah berusaha agar
ia mendapatkan haknya saat itu. Namun diluar semua itu,gagal…Kemaluannya begitu
menyentuh bibir kewanitaanku,tiba tiba saja,mengeluarkan sperma dan membasahi
rambut-rambut halus di sekitar bibir kemaluanku.Juga aku rasakan kemaluan
suamiku tiba-tiba mengecil dan melemah.Ia terlihat shock dan kecewa,aku juga
merasakan hal yang sama dengannya.Padahal malam itu kami ingin sekali mereguk
sepuasnya malam pengantin yang indah seperti yang dibilang oleh
teman-temanku.Untuk menutupi rasa kecewaku malam itu,aku bilang pada suamiku
mungkin ia amat kecapaian karena ,siangnya telah melaksanakan acara yang cukup
membuat tubuh capai.Hingga staminanya terkuras dan membuatnya gagal pada malam
pengantin kami.Suamikupun berpikiran begitu,akupun menghiburnya agar besoknya
kami berbulan madu ke tempat rumah peninggalan kakekku di dekat Danau Maninjau
yang terkenal dengan hawa dan pemandangan yang indah itu.Suamiku menyetujuinya.
Dan malam itupun kami lewati dengan berbagai pertanyaan dalam benakku apa yang
sesungguhnya terjadi.Suamikupun tidur sambil memeluk tubuhku yang masih basah
oleh keringat kami berdua.
Besoknya kamipun berangkat ke rumah peninggalan
kakekku di tepi danau maninjau yang indah itu.Jaraknya kira-kira 100km dari
kota Padang dan hanya menempuh 2 sampai 3 jam perjalanan jika tidak macet atau
longsor.Keluargaku memiliki rumah disana,namun jarang ditempati karena sekarang
yang tinggal hanyalah ayahku yang masih hidup.Rumah itu terbuat dari kayu yang
cukup kuat menampung 5 keluarga didalamnya. Masih banyak kamar kamar,juga
halaman yang luas dan dipenuhi pohon-pohon dan sawah yang cukup luas.Namun
rumah ini tidak ada yang merawatnya,yang membersihkannya paling sebulan sekali
itupun dengan mengutus pak Ali,yang sekarang masih tinggal bersama
orangtuaku.Dialah yang selalu merawat dan membersihkan rumah peninggalan ini
setiap bulan.Ia memang ditugaskan ayahku ke kampung untuk merawatnya.Jadi
pohon-pohon dan halamannya masih terlihat indah meskipun disana sini masih ada
dedaunan yang berserakan.Rumah ini baru saja dibersihkan pak Ali minggu yang
lalu karena aku bilang akan kesini setelah menikah. Disekitar rumah itu
terlihat sepi. Tetangga-tetangga kami sudah tidak sebanyak dulu lagi. Sebab
mungkin karena penghidupan yang mulai sulit di kampung maka mereka memilih merantau
kebeberapa kota.Hingga kampung ini sangat sepi.Kaum mudanya banyak yang
merantau,yang tinggal hanya orang orang yang berusia lanjut untuk menunggui
rumah dan sawah juga ladang mereka.Tidak heran jika malam menjelang sangat
sunyi dan yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang bersahut sahutan.
Memasuki rumah itu aku amat takjub karena amat
bersih dan kamar-kamarnya juga bersih dan rapi. Hingga aku berencana suatu saat
akan mengajak teman-teman atau keluarga berlibur ke kampung saja.Selain udaranya
masih bersih,juga alamnya masih asli juga hamparan sawah dan pemandangan danau
yang amat indahnya. Setelah menurunkan perbekalan yang aku bawa dari mobil
untuk beberapa hari disini.Akupun mulai memasak makanan yang akan kami makan
maklum perutku mulai kerocongan juga suamiku.Tidak lama kemudian kamipun makan
berdua.Sehabis makan itu lalu kamipun berjalan jalan keliling rumah .Suamiku
amat kagum atas keindahan dan suasana rumah itu.Setelah senja menjelang rasa
capai karena berkeliling kampung dan bersilaturrahmi dengan tetangga yang
kebanyakan lansia dan anak-anak kecil. Kamipun pulang kerumah. Sampai dirumah
kamipun lansung mandi.Suamiku sempat menganjurkan agar mandi berdua saja.Namun
aku bilang jangan jangan dulu.Selain aku masih malu juga tidak enak hati jika
tubuhku di sentuh suamiku.Lagian ini di kampung apa kata orang jika ada yang
tahu,itu alasanku.
Suamiku maklum dan aku bilang jika di Padang
tidaklah masalah kataku menerangkan.Selesai mandi,kami lalu makan lagi.Perut
seolah lapar lagi sebab di daerah yang udaranya dingin ini,perut seringkali
mudah lapar.Setelah perut terisi kamipun duduk-duduk berdua di ruang tengah
sambil menonton televisi.Namun niat menonton itu seolah sarana saling mencumbu
malam itu.Seakan tidak ada acara yang pantas ditonton selain berduaan dan
bermesraan dengan suamiku.Maklum pengantin baru.Setelah mematikan tv dan
memastikan pintu dan jendela terkunci,kamipun beranjak ke kamar.Di dalam
kamar,kami saling melumat dan aku sudah berani membalas perlakuan dan rabaan
suamiku.Kami lalu mulai naik keatas ranjang yang di tutupi oleh kelambu dan
didalam kelambu diatas ranjang itulah akhirnya kami melanjutkan yang
tertunda.Mungkin karena aku sudah tidak merasa canggung lagi,sebab dialah yang
akan membimbing hidupku nantinya.Setiap cumbuan suamiku aku balas,ya meskipun
masihagak pasif.Perlahan tapi pasti akhirya pakaian yang melekat di tubuh kami
terlepas dari tubuh kami.Kamitidak lagi merasakan hawa dingin sebab,cumbuan dan
rabaan jari tangan suamiku mampu membuat hangat tubuhku.
Kembali aku merasakan siap untuk menerima perlakuan
dari suamiku.Ia kembali mengulang kejadian malam kemarin dengan mengeksportir
wilayah kemaluanku,hingga aku orgasme.Tanpa merasa jijik sedikitpun ia hirup
sampai tandas air cintaku.Lalu aku merasa lemah dan tak bertenaga.Suamikupun
lalu kembali berusaha mencumbui aku,dengan harapan aku kembali bangun
nafsuku.Aku juga merasakan alat kelaminnya mulai mengeras dan tegak.Alat itu
seperti tonggak yang siap untuk menerobos segala penghalang,amat perkasa.Lalu
ia buka kedua pahaku.Iapun meletakan sebuah bantal di pinggangku dengan harapan
dapan menembus keperawananku yang gagal ia tembus malam kemaren.Bertahap ia
berusaha menjejakan kepala kemaluannya pada belahan liang kemaluanku yang
kembali basah,Aku merasakan kecemasan akan rasa sakit yang akan terasa jika
benda milik suamiku itu masuk.Aku tahu rasa itu dari pengalaman teman2 wanitaku
yang telah menikah.Kepala kemaluan suamiku lalu mulai merangsek masuk ke bibir
kewanitaanku.Dadaku kembali berdebar debar,ttg yang akan terjadi saat itu..Baru
saja,kepalanya yang menyentuh belahan kewanitaanku,tiba2 kejadian malam kemaren
terulang.Kemaluan suamiku tiba2 memuncratkan air maninya di sana,Hingga pintu
kewanitaanku basah oleh spermanya yang kental.Aku belum merasakan apa apa,namun
aku tidak lagi adanya benda keras yang tadi mulai menerobos liang
kewanitaanku.Aku agak kecewa,namun tidak aku perlihatkan pada suamiku.Aku hanya
bilang mungkin bang Ardi hanya tergesa-gesa,biasa kita sama-sama belum
berpengalaman bang…,kataku.Ia terlihat kecewa juga,namun ia sudah merebahkan
tubuhnya di samping tubuhku yang telanjang.
Sebagai istri aku hanya diam dan berusaha
membantunya,mungkin karena rasa takut akan menyinggung perasaannya makanya aku
berusaha sendiri.Dengan menghilangkan rasa malu dan norma norma sebagai wanita
minang,aku tutupi semua rasa itu,aku berusaha membantunya dengan memegang
kemaluannya dan menciumi bibir juga putting susunya.Tampaknya suamiku mulai
bergairah.Ia aku lihat kembali bersemangat,dan kemaluannya kembali
bereaksi.Kemudian aku rebah telentang sambil membuka kedua pahaku agar bisa
dimasukinya dengan gampang.Ia berusaha kembali lalu dengan meretas jalan buat
kemaluannya,namun alangkah kecewanya aku malam itu,dalam hati aku merasa tidak
berarti.Suami yang aku cintai kembali tidak mampu melaksanakan kewajibannya
sebagai seorang laki-laki sejati.Alangkah malangnya nasibku saat itu.Namun rasa
kemanusiaanku kembali terusik,sungguh piciknya aku yang amat mencintai suamiku
.Aku juga merasakan beban psikologis suamiku saat itu.Ia amat terpukul karena
ketidak mampuannya malam itu,melaksanakan kewajiban sebagai suami yang
baik.Dengan terbata bata suamiku meminta maaf padaku.Ia amat menyesal
katanya.Lalu sebagai seorang istri aku amat memberinya support agar jangan
berhenti mencoba atau kalau bisa diobati.Apalagi zaman sekarang sudah banyak
obat atau klinik pengobatan yang melakukan penyembuhan kelainan sexual
ini.Iapun mohon padaku agar jangan meninggalkannya karena masalah itu.Aku pun
memberinya rasa percaya diri.Bisa saja kita coba cara lain agar bisa
menyembuhkan gangguan fungsi kelelakiannya itu,Aku memberinya jaminan bahwa aku
tidak akan meninggalkannya. Bagiku jika saja aku meninggalkannya berarti aku
telah gagal menjadi seorang istri dan amat mencoreng muka keluarga didepan
orang banyak.Apalagi bagi suamiku,ia akan malu,keluarga besarnya akan merasa
dilecehkan.Dan demi menjaga perasaan suamiku,maka akupun tetap melaksanakan
kewajibanku pada malam malam tertentu dengan suamiku.Aku selalu dibantunya
untuk orgasme. Namun setiap kali ia mencoba untuk melakukan coitus ,ia selalu
gagal.Hingga ini berlangsung beberapa bulan dan berbagai cara pengobatan baik
yang medis dan alternative telah dilakukan namun hasilnya tetap nihil.Sampai
saat itu aku masih perawan,meski aku telah mencoba memasukan kemaluan suamiku
ke kemaluanku di saat bendanya itu tegak menantang.Saat itu memang masuk
kepalanya saja,dan memuncratkan sperma,namun tetap saja tidak mampu merobek
keperawanku.
Kehidupan rumahtangga kamipun tetap berlangsung
seperti rumahtangga orang lain. Namun jauh dilubuk hatiku, juga suamiku, aku
rasa hambar. Ia sering kali aku lihat termenung dan menyendiri. Dan sebagai
istri yang baik aku terus menutupi kekurangannya itu,namun sampai kapan? Aku
tudak mengetahuinya.Aku menutup rapat rahasia ini,agar jangan ada pihak yang
tersakiti .Diluaran aku kami terlihat keluarga yang cukup bahagia dan
sempurna,namun orang semua tidak punya hak untuk mengetahui apa yang ada dalam
hati kami berdua.Selain itu aku akui,meski di dalam rumahtangga kami punya
problem,namun di luaran,karier suamiku semakin menanjak.Dia di tunjuk sebagai
pimpinan sebuah bidang di kantornya.Akupun merasakan hal yang sama. Usahaku
semakin maju. Permintaan akan hasil perkebunan dan perdagangan yang aku pimpin
semakin banyak.Hingga aku harus menambah beberapa orang karyawan dan membuka
cabang didaerah. Akupun berusaha menjalankannya dengan baik. Nasehat orang
tuaku agar mempekerjakan anak-anak muda yang punya potensi aku jalankan.Meski
terkesan nepotisme,aku merekrut lulusan perguruan tinggi yang berasal dari
daerah asal orang tuaku.Selain merasa iba jika mereka lulus namun tidak
mendapat pekerjaan ,lagi pula itu adalah pesan ayahku yang aku turuti. Lagi
pula tindakan ini akan berdampak pada pendapatan mereka hingga mampu mereka
membantu ekonomi keluarganya di kampung yang aku lihat amat kesulitan terhimpit
masalah ekonomi.
Meski usahaku maju dan berkembang demikian pesat,aku
tidaklah melupakan kewajibanku sebagai istri.Begitu juga dengan bang Ardi.Ia
amat memperhatikanku dengan amat mesra.Ia berharap agar dengan perkembangan
usahaku itu dapat menghilangkan kegundahanku selama ini. Iapun cukup bijaksana
memberiku beberapa kesempatan untuk berkembang. Terkadang aku merasa sedih jika
aku pulang malam setelah meninjau cabang di daerah.Aku menemui suamiku telah
tertidur dengan nyenyaknya,aku tidak mau membangunkannya.Mungkin saja dia
terlalu capai dengan pekerjaannya seharian,yang terkadang meninjau proyek
proyek yang harus segera di selesaikan.Aku menekan saja hasrat yang datang
disaat tertentu. Pernah aku merasa terkejut dan sedih,saat ibuku menanyakan
padaku apa aku sudah isi apa belum.Dengan cara bercanda aku jawab dengan
seadanya sambil berlalu.Aku tidak ingin mereka mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi didalam kamar dan ranjang kami.Aku juga tidak menampik jika akhir-akhir
ini ada salah seorang kolegaku yang berusaha mendekati aku padahal ia tahu aku
telah menikah, namun ia tampaknya tidak peduli.Akhirnya aku memutuskan hubungan
bisnis dengannya sebab aku tahu,ia akan mempergunakan cara cara kotor dalam
bisnis sambil merayu aku untuk mau menuruti kemauannya.Aku tidak peduli,apakah
ia akan memberikan perusahaanku fasilitas atau bukan,bagiku semuanya bulshit.
Dia mengira aku gampang di pengaruhinya dengan iming-iming fasilitas.Akhirnya
aku terbebas dari cara cara kotor bisnis itu.Akupun tetap melanjutkan hidupku.
Tidak lama setelah menikah dan tinggal di rumah
orangtuaku. Suatu hari bang Ardi bilang padaku untuk pindah dari rumah
orangtuaku ini. Sebab ia merasa tidak enak hati jika selalu tinggal bersama
mertua katanya.Apalagi ia sudah menyiapkan sebuah rumah mungil dan terletak di
pinggiran kota yang masih sejuk udaranya. Rumah itu baru saja ia beli dan aku
nilai harganya cukup lumayan dan amat bagus bagi keluarga muda seperti aku.Aku
amat bahagia mendengar kabar dari bang Ardi,sebab ia telah memikirkan masa
depan keluarga yang kami bentuk ini.Meskipun awalnya kedua orangtuaku keberatan
atas permintaan menantunya itu,akhirnya mereka memehaminya juga. Maka aku pun
mulai tinggal di rumah baru kami.Sebagai nyonya muda,aku tentunya ikut mengatur
dan mengisi segala perabotan di rumah baru kami itu dengan hasil jerih payah
kami berdua.Aku sering kerumah orangtuaku jika di kantor tidak terlalu
sibuk.Terkadang aku tidur di sana agar mereka tidak merasa kehilangan.Terkadang
di saat suamiku mendapat tugas ke luar daerah meninjau proyek untuk beberapa
hari,aku selalu tidur di rumah orangtuaku.Syukurlah belakangan ini,cucu pakAli
sering datang dan menginap di rumah orangtuaku. Mereka amat terhibur dengan
kehadiran anak itu. Ada semburat kesedihan pada orangtuaku karena aku belum
mampu memberinya cucu yang amat mereka harapkan.Sering mereka berdua ke tempat
kakakku di propinsi tetangga untuk mengobati kerinduan mereka pada
cucunya.Akupun terkadang menyempatkan diri juga ikut orangtuaku ke sana untuk
melihat kelucuan keponakanku.Dihari tuannya orangtuaku amat menikmati hari
tuanya dengan mengunjungi anak-anaknya yang telah memberinya beberapa orang
cucu yang manis manis dan gagah gagah
Hingga terjadilah peristiwa yang merubah hidupku.
Ketika itu,kedua orangtuaku berkunjung ke Jakarta,untuk mengunjungi anak dan
cucunya selama sebulan.Aku yang tinggal di Padang tentunya harus sering melihat
lihat rumah orangtuaku meski ada yang menunggui yaitu pak Ali dan istrinya.Aku
hanya berkunjung untuk beberapa saat.Saat itu kebetulan pekerjaan di kantor
agak longgar dan mmg saat itu amat santai.Rupanya pak Ali akan ke Maninjau
untuk melihat rumah orangtuaku disana.Pak Ali amat tahu akan kewajibannya.Ia
tidak pernah melupakannya meski kadang tidak disuruh.Mungkin itu adalah rasa
pengabdiannya kepada mendiang kakekku yang telah membesarkannya.Jadi ia amat di
percaya bisa memelihara rumah yang di kampung itu.Siang itu ia hendak berangkat
dan bertemu denganku.Aku yang sudah beberapa bulan tidak lagi pernah kesana
,terakhir saat aku berbulan madu beberapa bulan yang lalu.Ingin juga kesana.Aku
rindu suasananya yang alami dan sejuk.Kebetulan suamiku lagi mendapat pelatihan
ke Surabaya dari instansinya selama 1 bulan.Aku berpikir alangkah nyamannya
jika bisa ke Maninjau saat itu.Namun aku harus izin dulu pada suamiku.Aku tdk
ingin berangkat tanpa izin dari suamiku.Akupun bilang bahwa aku berangkat
dengan pak Ali orang yang amat di kenal suamiku.Jadi selama aku ke Maninjau
suamiku tidak akan kuatir terhadapku sebab aku berangkat dengan orang
kepercayaan keluarga kami.Melalui telpon aku minta izin.Iapun memberiku izin
dan berpesan agar berhati hati di jalan jika aku sedang menyopiri mobil.Dengan
berterima kasih pada suamiku yang memberi izin aku berangkat ke Maninjau
bersama pak Ali.Mobil aku yang nyetir,sebab pak Ali tidak bisa menyetir
mobil.Padahal dari dulu ayahku menyuruhnya belajar stir,namun ia tetap tdk
mau,ia lebih suka menjadi pembantu dan juga menjaga rumah saja katanya.Siang
itu aku berangkat yang sebelumnya aku makan dulu karena di suruh istri Pak
Ali.Istri pak Ali berpesan padaku untuk jangan ngebut dalam menyetir
mobil.Nasehat ibu yang sudah aku anggap orangtuaku itu aku turuti.Akupun
berpesan padanya agar hati-hati di rumah sebelum aku berangkat.Pak Ali duduk di
depan di samping aku.Selama perjalanan ia beberapa kali mengingtkan aku untuk
berhati hati karena hujan dan banyaknya kendaraan yang bersiliweran.Karena
sudah menganggap dia orangtuaku makanya aku menurut saja,hingga menempuh jalan
yang berbelok belok .Beberapa jam kemudian kami sampailah di rumah.
Kemudian mobil aku masukan ke garasi di rumah itu
karena pagar telah dibuka Pak Ali. Mobil aku parkir didalam.Lalu aku berlalu
dan berjalan ke halaman luar untuk menghirup udara segar sore itu.Sedangkan Pak
Ali sibuk menurunkan barang-barang bawaan yang akan ia letakkan di rumah itu.
Juga tidak ketinggalan makanan yang ia bawa dari Padang untuk kami
berdua.Setelah berkeliling rumah dan merasa capai, akupun masuk kedalam. Lalu
aku mengambil kunci dan memasukan tas bawaanku dan menaruhnya dikamarku.Setelah
itu aku bergegas mandi.Sebab senja sudah menjelang.Di daerah Maninjau itu jika
senja kita mandi maka hawa nya sangat dingin.Aku lalu masuk kedalam kamar
mandi.Sedangkan Pak Ali masih sibuk membersihkan ruang demi ruang dengan
menyapu. Lalu iapun memasak untuk makan malam nantinya.Tidak berapa lama
kemudian aku selesai mandi dan bersalin pakaian.Senja itu aku hanya mengenakan
baju piyama sebab aku ingin tubuhku rilex.Aku juga tidak lupa menyemprotkan
parfum kesukaaanku yaitu issey miyake.Aku terbiasa memakainya meski di rumah
saja.Lalu aku rebahkan tubuhku di ranjang.Rasa capaiku seakan hilang karena
mandi dengan air segar dari pegunungan itu.Kepenatan di tubuhku seakan sirna
seketika. Beberapa saat aku tertidur.Aku terbangun karena ada yang mengetuk
ngetuk pintu kamar.Aku pun menyahut dari dalam.Rupanya pak Ali yang mengetuk
pintu,ia berkata bahwa,makanan telah terhidang dan aku disuruh makan.Dengan
sedikit bermalas-malasan aku buka pintu kamar dan berjalan menuju meja makan di
ruang belakang.Aku duduk,baru aku sadar bahwa saat itu telah mencapai jam 9
malam.Berarti aku sudah tertidur selama 2 jam.Pantas saja tubuhku serasa segar
dan lapar.Lalu aku mulai menyendok nasi ke piringku.Aku pun memanggil Pak Ali
untuk makan bersamaku.Namun ia bilang ia sudah makan dari tadi.Iapun bilang
biar aku saja yang makan.Iapun berlalu sambil bilang akan mengecek pintu dan
jendela dan memastikan bahwa telah terkunci apa belum.Selama aku menikmati
makanan yang aku makan itupun baru aku sadar,bahwa malam itu hujan dengan derasnya.Aku
pun berpikir pantas saja pak Ali tidak begitu terdengar teriakannya
membangunkan aku tadi.Dan syukurlah mobil telah aku masukkan ke garasi jadi aku
tidak perlu repot lagi memindahkannya.
Merasa perutku sudah kenyang dgn makanan yang enak,
akupun membereskan meja makan. Piringnya aku letakkan di tempat pencucian dan
meja makan aku tutup dengan tudung saji.Lalu aku beranjak ke ruang tengah.Aku
menyalakan televisi,namun yang muncul hanya siaran TVRI dan SCTV saja itupun
gambarnya kurang bersih.Tv aku matikan.Aku kekamar dan mengambil HP.Kutelepon
suamiku dan bilang aku sudah sampai di rumah dan habis makan. Iapun bilang agar
aku jangan terlalu lama di Maninjau apalagi ada pekerjaanku di Padang. Akupun
bilang aku paling lama 3 hari dan kerjaan sudah ada yang mengerjakan.Suamiku
pun berpesan agar aku jangan membiarkan pak Ali sendirian membereskan rumah
yang begitu besar.Kasihan katanya pak Ali sudah tua nanti ia bisa sakit pesan
suamiku.Akupun menyetujuinya dan memag aku akan bantu kataku.Lalu telpon aku tutup
sambil mengucapkan salam padanya. Aku tidak menemukan Pak Ali di ruangan
itu.Aku cari-cari dan rupanya ia berada di dapur sedang membetulkan letak meja
meja.Aku bilang padanya tentang pesan suamiku tadi dan salam dari suamiku.Pak
Ali pun berterima kasih.Lalu aku beranjak keruang tengah.Aku bilang pada Pak
Ali agar besok saja melanjutkan pekerjaan itu.Ia pun setuju dan mengikuti
ajakanku untuk keruang tengah saja.Mending ngobrol-ngobrol kataku.Ia pun mau
duduk di hadapanku. Kemudian iapun bercerita tentang masa lalu kakek dan
nenekku.Ia bilang kakek orangnya amat baik dan perhatian pada orang lain sama
seperti ayahku. Pak Ali juga bilang aku lebih mirip sifat-sifat nenekku dan
wajahku lebih mirip ke nenekku katanya.Memang aku tidak sempat melihat dan bertemu
nenekku karena disaat aku lahir nenekku telah tiada.
Pak Ali pun bercerita tenantg sejarah keluarganya
yang miskin dan diselamatkan oleh kakekku, juga ayahku telah menganggap dia
adalah saudaranya.Makanya di saat ini Pak Ali tidak mau rumah peninggalan
kakekku ini terlantar seperti banyak rumah-rumah yang di tinggal pemiliknya
merantau.Sedangkan saat ini kata pak Ali hanya tinggal rumah keluargaku ini
yang masih terawat sedangkan yang lain telah hancur dimakan usia,juga
penduduknya tidak berapa banyak lagi,paling 500meter dari rumahku baru ada
rumah yang berpenghuni,itupun hanya beberapa orang saja. Aku memang
merasakannya bahwa penduduk daerah ini semakin berkurang.Biasanya beberapa
bulan lalu saat berbulan madu bersama suamiku, saat kami memasuki kawasan
ini,banyak kelihatan ibu-ibu dan anak-anak namun saat tadi sore sepi saja.Aku
mengangguk dan paham atas keterangan pak Ali. Semenjak menikah apalagi telah
pindah rumah,aku jadi jarang ngobrol dengan Pak Ali.Kalau dulu aku sering
ngobrol dengannya,juga bersama anaknya yang seusia denganku.
Akupun bertanya kabar tentang anaknya Yuli yang
seusia denganku.Pak Ali bilang bahwa Yuli telah memiliki anak yang baru berusia
1 tahun,memang dia duluan menikah dari aku.Akupun bilang,alangkah bahagianya ia
punya beberapa cucu.Dengan wajah cerah iapun tersenyum.Lalu ia balik bertanya
padaku.Kenapa aku belum juga bisa memberi cucu apa ayahku.Padahal ia tahu aku
menikah sudah hampir satu tahun.Saat itu mukaku bersemu merah.Aku tidak mungkin
menceritakannya,apalagi kepada pak Ali.Ini adalah rahasia aku dan bang
Ardi.Padahal jika pak Ali tahu jika hingga sampai saat itu aku masih
perawan.Makanya aku diam saja saat ia bertanya padaku.Aku hanya senyum sedikit
takut keceplosan omongan.Pak Ali pun bertanya apa aku memakai program kb.Akupun
bilang tidak,malah aku jawab mungkin belum diberi yang diatas jawabku.Lalu ia
pun tanya apakah aku dan suami sudah periksa ke dokter.Aku jawab sudah dan baik
baik saja.Lalu dia bilang jika belum juga,aku disarankan untuk pakai obat
alternatif atau ke dukun kampung,terangnya.Aku diam saja,dalam hati aku
berkata,biar kemanapun berobat jika suamiku tetap seperti itu ya mana bisa
hamil bisik hatiku.
Pak Ali terus memandangi aku, lalu ia bilang agar
aku terus berusaha agar cepat mendapatkan keturunan.Aku diam saja dan bilang
malas pak, jangan ngobrol itu lagi kataku mengalihkan topik.Ia terus
mendesakku,ia bilang aku bukanlah orang lain lagi baginya.Ia bilang,ia telah
menganggap aku anaknya.Jadi aku dimintanya agar bicara terus terang,dan ia pun
berjanji akan tutup mulut dari ayahku.Sebab selama ini ia mendapatkan gambaran
dan melihat ada yang ganjil dari rumah tanggaku,tidak seperti rumah tangga
kakak-kakakku dan anak-anaknya. Ia yakin aku menyembunyikan sesuatu.Pak Ali
bilang ia tahu aku berbohong pada kedua orangtuaku selama ini.Dan dari pancaran
mataku ia yakin aku menyembunyikan masalah.Pak Ali juga bilang,meski ia
bukanlah orang yang berpendidikan dan luas pergaulannya,namun ia mengerti
tentang kehidupan ini.Aku bilang janganlah terlalu dipikirkan ,nantinya juga
selesai sendiri kataku.Lalu dijawab selesai gimana,lha masalahnya saja belum di
carikan jalan keluar katanya.Lalu aku pun di suruh memandang matanya.Aku yang
saat itu memandang remeh padanya lalu memandang bola matanya.Seakan aku telah jujur.Namun
Pak Ali bisa menebak kebohongannku saat ini.Iapun bilang saat itu aku
menganggap remeh nasihatnya.Aku akhirnya merasa bersalah dan memang meremehkan
nasehatnya saat itu.Lalu ia pun minta aku berkata jujur padanya,dan ia berjanji
akan merahasiakan pada siapapun meski kepada orangtuaku.
Akhirnya karena didesak,akupun akhirnya menceritakan
ttg keadaan sesungguhnya di rumah tanggaku ini.Inilah pertama kali aku berucap
pada org lain tentang rahasia isi kamarku selama ini.Aku ceritakan mulai dari
saat malam pertama hingga saat itu.Mata Pak Ali terbelalak mendengar
penuturanku.Ia tidak menduga kejadian yang aku alami ini.Dan iapun lalu
bertanya padaku,berarti sampai saat ini aku masih perawan.Aku mengangguk dan
menitikkan air mata.Ia menghela nafas dengan berat.Sambil geleng-geleng kepala
ia ,berkata kenapa tidak bilang dari dulu biar dicarikan cara pengobatan
suamiku katanya.Aku pun menerangkan pada Pak Ali bahwa segala cara sudah di
coba termasuk berobat alternatif. Lalu dia diam dan memandang aku yang masih
menangis tersedu sedu. Dia bertanya apa aku akan minta cerai dari suamiku,aku
menjawab belum terpikir pak, jawabku.Aku semakin sedih mengingat keadaan
suamiku,hingga akupun terus menangis.Pak Ali berusaha membujuk aku agar jangan
terlalu sedih,dan dia minta aku jangan menangis lagi.Aku tidak sanggup untuk
berhenti menangis.Meski saat itu beban perasaanku sudah aku keluarkan.Namun
mengingat kejadian bersama suamiku aku menjadi amat sedih. Pak Ali lalu berdiri
dan pindah duduk di sampingku.Ia lalu memegang kepalaku seperti seorang ayah
pada anaknya. “Sungguh sedih keadaan kamu nak”, katanya.Aku lalu menjatuhkan
kepalaku pada dadanya,sambil terisak.Ia lalu membelai belai rambutku.Saat itu
aku merasakan pelukan seorang ayah dengan penuh kasih sayang.Aku terus menangis
dan menumpahkan penderitaanku.Lalu pak Ali mengangkat wajahku yang basah karena
air mata.Iapun menghapusnya dengan telapak tangannya.Minta agar aku jgn
menangis lagi.Seakan mendapatkan tempat menumpahkan keluh kesah akupun
memeluknya dengan erat.Padahal saat itu kondisiku amat labil dan rapuh karena
keadaan rumah tangga yang masih bermasalah.Akupun tidak malu lagi bersandar
didadanya.Ia lalu menciumi rambutku.Dan mengusap-usap tengkukku.Aku merasa
damai saat itu.Aku tidak peduli lagi dengan siapa aku berpelukan di dalam rumah
besar ini.
Beberapa lama kemudian aku di rebahkan dibahunya.Dia
diam saja,pandangannya jauh seakan sedang memikirkan sesuatu.Aku tetap saja
rebah dibahu pak Ali.Lalu ia mengusap usap pipiku lagi hingga di belakang
telingaku.
“Ri” katanya padaku, “kamu jgn terlalu sedih ya,kamu
sabar saja.”
Aku mengangguk dan kembali memeluknya seolah dia
jangan pergi saat itu.Aku seakan mendapatkan tempat mencurahkan kesedihan.Ia
lalu berdiri seakan mau meninggalkan aku. Ia lalu melepaskan aku.
“Sudah malam Ri” katanya “baiknya kamu tidur…bapak
juga sudah ngantuk”
Aku tidak membiarkannya pergi.Pak temani Riri dulu
disini kan jam masih setengah sebelas kataku.Iapun lalu mengurungkan niat
meninggalkan aku.Dengan memegang jari tuanya aku membawa tangannya ke pipiku.
Ada hawa hangat yang aku rasakan saat itu.Meski cuaca masih di guyur
hujan,namun hawa hangat itu aku rasakan amat membuatku tentram.Ia berusaha
menarik tangannya dari pipiku.Namun karena eratnya aku memegangnya iapun
menurut,dan tidak lagi berusaha menariknya.Malah jarinya mengusap usap balik
telingaku kembali.Aku merasakan kegelian di titik sensitifku itu.Lalu ia terus
merangkulku seolah kami adalah pasangan kekasih.Tangan pak Ali terus saja
membelai belai balik telingaku.Ia pun bilang ia merasa kedinginan,lalu ia pun
minta padaku untuk mengizinkannya memegang bahuku dengan harapan sama sama
hangat.Aku diam saja,malah aku seolah tertidur di pelukannya.Pak Ali lalu
dengan tanpa sepengetahuan aku,langsung menciumi balik telingaku,setelah
sebelumnya ia sibakkan anak anak rambutku.Aku merasakan sensasi yang mulai
menggelitik birahiku.Namun aku tidak menolaknya.Aku malah membiarkannya
saja,semua itu aku anggap sebagai perlakuan rasa sayang seorang ayah pada
putrinya,padahal ayahku saja tidak pernah memperlakukan aku sedemikian rupa.Aku
malah mendesah dan mengikuti semua tindakannya saat itu.Tidak ada sama sekali
keinginan penolakan dari diriku saat itu.
Setiap gerakan jari tangan pak Ali seperti mampu
membuatku tentram saat itu. Malah aku semakin merebahkan tubuh di
pelukannya.Lalu ia pun menciumi pipiku.Ada rasa geli yang aku rasakan.Namun
malah semakin memicu birahiku.Aku semakin labil dan rapuh.Aku tidak
sadar,bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki,yang meskipun sudah dikenal
dekat oleh keluargaku.Ia tetap orang lain dalam kehidupanku.Ia tidak memiliki
pertalian darah sedikitpun dengan aku.Dan segala kemungkinan bisa saja terjadi
saat itu dimana seorang laki laki yang meski berbeda usia jauh dariku,juga
masih memiliki nafsu yang sewaktu waktu bisa merusak aku.Memang benar,jika
berduaan dengan orang yang berlainan jenis ,maka pihak ketiga adalah
syetan.Apalagi suasana dingin malam dan kesunyiannya amat mendukung segala
tingkah laku kami. Merasa aku sudah tidak lagi menolak atau menahan gerakan
tangannya,Pak Ali semakin meningkatkan aktifitasnya.Ia tidak lagi mengusap usap
balik telingaku,kini malah ia sudah berani menciumi pipi dan lalu bibirku.Saat
itu,aku seakan merasa suamiku yang melakukannya.Aku menurut saja,malah ikut
membalas lumatan lidah orang tua yang kini sedang memelukku.Aku seolah sedang
bermimpi.Aku malah ikut mengisap lidah tuanya itu.Tidak sampai disitu perlakuan
pak Ali terhadapku.Ia malah telah berani meraba raba payudaraku dari luar
busana ku.Aku semakin tidak kuasa menerimanya.Tubuhku seakan di aliri jutaan
watt voltase yang akan meledak.Aku malah semakin erat memeluknya.Juga jari
jarinya itu berusaha memasuki baju piyama ku.Usahanya untuk meraba payudaraku
dari dalam baju piyama ku akhirnya berhasil.Disana jarinya memilin milin
putingku.Aku seakan tersengat aliran listrik.Ada hawa hangat yang aku rasakan
saat itu.Aku pun berusaha menahan laju jarinya itu yang semakin bebas mengelus
dan memilin payudaraku.Namun aku tidak berhasil,dikarenakan aku sudah sangat
bimbang dan kacau.Seakan jari-jari itu memiliki mata dalam mengeksplorasi
daerah sensitifku ini.
Aku lalu melepaskan diri dari pelukan pak Ali dan
mendorong tubuhnya menjauh.Aku memandangnya dengan sangat tajam,seolah marah
akan kelancangannya padaku.Ia diam saja,dan juga memandang bola mataku dalam
dalam.Ia pun seakan menantangku,tidak ada kata kata yang aku ucapkan padanya
saat itu.Dengan wajah sedikit pucat dan sinis aku meninggalkannya.Aku berjalan
ke kamarku ,sambil merapikan baju piyamaku yang sembraut akibat perbuatan pak
Ali tadi.Dikamar aku sempat bercermin melihat wajahku yang mulai basah dengan
air mata.Aku baru sadar,hampir saja aku terjerumus ke lembah nista bersama pak
Ali.Aku akui tadinya aku amat menikmati perlakuannya pada ku.Aku jujur
saja,memang aku hampir 3 bulan ini tidak pernah lagi di sentuh
suamiku.Terkadang sudah aku pancing ,dia untuk memberiku kepuasan meski tidak
pernah diakhiri dengan coitus.Itu sudah cukup bagiku,yang diberikan suamiku.
Dikamar aku rebahkan diriku ke atas ranjang yang berselubung kelambu ini..Aku
kembali menangisi nasip yang menimpaku ini.Suara tangisku seakan memecah
suasana malam yang di masih diguyur hujan dengan derasnya. Pak Ali mendengar
suara tangisku dari luar.Ia mengetuk ngetuk pintu kamar,sambil berkali kali
mengucap kata maaf.Aku mendengarnya hanya diam saja.Lalu tanpa aku minta ia
membuka pintu kamar dan masuk ke dalam peraduanku.Ia duduk di pinggiran
ranjang. Kembali ia mengucap maaf atas kelancangannya tadi.aku semakin
sedih.tangisku seolah tak dapat dihentikan sambil sesengukan.Lalu ia membelai
belai helai rambutku.Ia menghiburku dan memintaku untuk jangan berprasangka
terhadapnya.Kemudian ia berusaha mengangkat tubuhku agar duduk.Aku menurut
saja.Dengan jari tangannya ia hapus air mataku.Ia menyarankan aku untuk jangan
terlalu bersedih.Lalu kedua pipiku ia usap dengan penuh kelembutan.Aku yang saat
itu amat merindukan tempat mencurahkan keluh kesah akhirnya memeluknya.Aku
bilang kepadanya, bahwa Pak Ali jangan terlalu merasa bersalah begitu. Sebab
aku juga salah tadinya.Kembali aku di peluknya,sambil mengucek-ngucek rambutku
yang hitam.
Dalam pelukannya ia, terus membelai anak rambutku
hingga ke tengkuk.Juga anak rambut di balik telingaku ia sibakkan.Pak Ali
kembali menciuminya,sambil menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku kembali
terbakar gairah.Aku semakin erat memeluknya.Mulai dari pipiku diciuminya hingga
berlabuh di bibirku. Dengan gairah yang membara ia kulum bibirku.Lidahnya
bermain main di langit langit mulutku.Aku serasa kehabisan nafas dan tidak
diberi kesempatan untuk membalasnya.Juga tangannya kembali bergerak nakal
melewati bajuku dari belakang, jarinya masuk,.jari itu seolah mencari cari
benda yang berada di dadaku.Seakan jarinya bermata, ia mendapatkan benda yang
ia inginkan.tanpa melepas Bh ku, jari itu masuk saja dan memilin putting
payudaraku. Mendapat perlakuan yang demikian aku seperti di sengat ribuan watt
aliran birahi.Aku semakin pasrah dan diam menanti.Beberapa lamanya ia terus
memilin-milin buah dadaku hingga aku terkulai didadanya.Kemudian pa kali
melepaskan pelukan dan jari jarinya dari balik baju piyamaku.Ia berdiri dan meninggalkanku.Aku
lihat dia menutup pintu kamar yang tadi masih terbuka, lalu kearah saklar lampu
dan mematikan lampu yang besar. Ia menyalakan lampu kecil yang biasanya aku
nyalakan jika hendak tidur.Cahayanya temaram memerah.maklum hanya 5
watt.Sehingga suasana terkesan amat romantis.
Aku diam menunggu seperti pengantin wanita yang akan
menunaikan kewajibannya.Pak Ali kembali ke tempat tidurku,dan masuk kedalam
kelambu dan merapikan kain kelambu agar tertutup dan terhindar darui hawa
dinginnya malam juga nyamuk.Ia langsung saja mengulum bibirku.Dan kedua
tangannya langsung saja meraih buah dadaku yang masih terbungkus baju piyama
.Beberapa saat ia merabanya dan menghirup air ludahku karena aku tidak kuasa
membalasnya.aku tak kuasa membalas dikarenakan masih malu dan shock atas
kejadian ini.Aku seakan tidak sadar dengan siapa aku berdua di dalam kamar
malam itu.Mendapatkan penerimaanku yang seperti itu.Membuat Pak Ali semakin
berani.Ia lalu berusaha melepas kancing depan baju piyamaku.Sempat aku tahan
gerakan jarinya saat melepas kancing itu.Namun pandangan matanya pada bola
mataku seoalah menyihirku untuk tidak menolak setiap perbuatannya pada ku.Aku
tak kuasa menolaknya yang akan membuka satu persatu kancing piyamaku.Aku
Terdiam pasrah,mukaku seolah memerah seperti udang rebus yang siap
disantap.Untunglah cahaya lampu yang temaram, tidak terlalu jelas perubahan di
wajahku.Namun detak jantung dan nafasku semakin tak beraturan.Aku tahu sesuatu
yang terlarang akan terjadi,namun bahasa tubuhku seakan menerimanya.Kini baju
piyamaku sudah dilepas,dan di lempar Pak Ali ke lantai kayu kamar ini.Kini
bagian sensitif di tubuhku sudah terbuka dan dengan bebasnya di pandangi Pak
Ali.Sebagai wanita aku merasa malu dilihat seperti itu.Aku melipatkan kedua
tanganku di dada.Agar buah dadaku yang masih tertutup bh tidak terlalu dapat
dilihat dengan bebas olehnya,selain itu cuaca serasa dingin menusuk tulang dan
pori-pori kulitku yang putih. Aku berusaha melipatnya,namun Pak Ali berusaha
juga untuk membukanya.Ia lalu mengulum bibirku lagi juga menciumi leher
sampingku.Itu merupakan area yang amat sensitif ditubuhku.Aku tidak lagi
melipat tangan didadaku.Kini aku malah menikmatinya dan memegang
bahunya.Kebetulan Pak Ali belum melepas busananya.Melihat aku sudah tak melipat
tangan didada,tangan kanan Pak Ali lalu membelai belai dadaku.Sedang tangan
kirinya bergerak ke punggungku.ia berusaha melepas pengait bh aku yang berwarna
putih dan bernomor 34b ini.Pengaitnya lepasdan dengan jari tangan kanannya ia
lepaskan tali yang masih menggantung di bahuku.Aku hanya mampu memicingkan mata
saat itu.
Semua penutup di bagian atas tubuhku telah lepas
dari tubuhku dan dilemparnya ke samping ranjang.Dengan perlahan ia meraba
putting payudaraku dengan telapak tangannya amat perlahan,sehingga menimbulkan
sensasi lain dari tubuhku.Aku hanaya dapat mendengus dan merintih.Sedang mataku
aku picingkan, dan merusaha mendekat ke tubuh Pak Ali agar ia menghentikan
aktifitas tangannya itu.Tidak dengan tangannya saja ia raba dadaku.Dengan
mulutnya ia gigit gigit sekitar bulatan dadaku.Gigitannya amat membuatku
semakin tak bias mengontrol diri.Aku hanya mampu meremas kain sprey dan lengan
baju kaosnya.Aku semakin tak bisa tenang. Akhirnya aku merasakan semua
permukaan didada dan leherku sudah penuh oleh lelehan air dari mulut Pak Ali
yang sedang menciumi dan menggigit daging lembut di dadaku hingga
memerah.dileherku aku juga merasakannya, kini keringatku juga sudah bercampur
dengan air ludah Pak ali di permukaan kulitku yang putih ini.Rabaanya amat
berpengalaman, aku tidak menduga bahwa Pak Ali amat pintar memperlakukan bagian
sensitive di tubuhku bagian atas hingga akhirnya aku mendapatkan Orgasme untuk
pertama kalinya.Tubuhku semakin mengejang dan kepalaku miring kekanan dan
kekiri.Dengan suatu hempasan,aku melepaskan semua yang aku pendam 3 bulan
ini.Aku orgasme, meski tanpa melakukan coitus.Ini adalah yang kesekian kalinya
aku orgasme.Aku semakin terperosok kedalam jurang .Aku tidak lagi memikirkan
akibat dari perbuatan ini.
Dalam keadaan diamku itu, Pak Ali sempat bertanya
apakah aku mendapatkan kepuasan yang aku inginkan.Aku sudah tak mampu
menjawabnya.Aku hanya memicingkan mata karena malu.Ia lalu turun dari ranjang
dan meraih segelas air.Air itu lalu di berikan kepadaku.Aku terima air minum
itu, dan aku habiskan .Lalu gelas ia taruh di tempat semula, iapun kembali
kearahku dan menaiki ranjang kembali.Aku masih terdiam meresapi kenikmatan yang
baru aku alami tadi.Ia lalu melap dahiku yang basah dengan handuk kecil yang
tersedia di atas meja di samping ranjangku.dari dahi, ia lalu melap leher ,
lalu dadaku.Kini keringat di tubuhku telah ia bersihkan.Aku semakin simpati
pada Pak Ali yang amat memperhatikan aku,hingga hal yang kecil.Aku saat itu
menutup ketelanjangan dadaku dengan selimut tebal yang selalu tersedia.
Kemudian ia tahu bahwa aku sudah kembali ke kondisi sediakala.Dengan hati-hati
ia lepaskan celana panjang piyamaku. Tidak terlalu susah, celana itu lepas
karena aku ikut membantunya.Selain itu aku juga merasa tidak nyaman.Celana
panjang itu ia lempar ke lantai.Kini aku hanya mengenakan celana dalam yang
basah oleh air cintaku.Ia tahu karena sudah basah.Ia memang seorang yang
gentleman, ia masih izin padaku untuk melepasnya.Aku sempat menolak, karena
itulah satu satunya pertahanku yang terakhir.Tapi apalah dayaku saat itu, aku
semakin tak mampu menahannya, aku tergolek pasrah menanti. Dengan gerakan yang
lambat dan tangan yang bergetar, aku lihat Pak Ali mulai menurunkan kain
penutup terakhirku yang berwarna putih itu dari selangkanganku.Perlahan ditarik,
kain itu melewati lutut dan betisku.Memang kain kecil itu sudah basah oleh air
cintaku.Kini tubuhku telah terbuka seluruhnya. Dengan tangan kananku aku tutup
liang kewanitaanku.Aku seakan risi jika dalam keadaan seperti ini bersama laki
laki lain yang juga pembantuku itu.Pak Ali masih membiarkan kelakuanku itu.Ia
beranjak turun dari pembaringan.Kain kecil itu masih dalam pegangan
tangannya.Sempat aku lihat dari sudut mataku ia menciumi kain kecil itu, lalu
di taruhnya di bawah lantai bersama onggokan baju dan celana piyamaku tadi.
Aku berusaha menutup tubuh telanjangku dengan
selimut yang masih berada di ranjangku. Kini aku sudah berada didalam selimut
selain untuk menahan hawa dingin yang menusuk juga dapat menutupi tubuh
telanjangku.Aku perhatikan Pak Ali sedang berusaha melepas bajunya. Mulai dari
t-shirt kaos ,lalu celana panjangnya,hingga tersisa celana dalamnya saja.Aku
sempat menanyakan,kenapa ua melepas bajunya.Dengan enteng, dikatakannya bahwa,
ia juga ingin buka baju, masa aku saja yang telanjang.Hati kecilku berkata,
jelas akan terjadi hal yang terlarang diantara kami, saat ia melepas
busananya.Ia lalu menaiki ranjang dimana aku terbaring. Lalu dengan tangannya
ia sibakkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku.Dari ekor mataku aku liat
alat kemaluan Pak Ali mulai bereaksi. Penutupnya yang berwarna putih kekuningan
mulai tak mampu menampung dorongannya.Selimut tidak lagi menutup tubuhku.Dengan
tanganku yang kiri aku tutup liang kewanitaanku.Tingkahku ini
diperhatikannya.Pak Ali lalu, dibelainya payudaraku.Gerakan memilin dan meremas
dengan lembut membuatku kembali terbakar birahi lagi.Aku semakin larut oleh
ulahnya pada tubuh telanjangku.Tangannya yang kasar dan mulai keriput itu,
mulai menjelajahi setiap titik sensitifku. Keringatku semakin bertambah banyak,
bukan karena panas, namun karena gairah yang menghentak dari dalam
tubuhku.Mataku aku picingkan, risi rasanya di cumbui pembantuku ini. Ia
memandangi organ vitalku beberapa saat. Setelah puas bermain main di dadaku,aku
ia lalu menjilat perutku yang putih dan masih rata ini.Aku menahan nafas karena
bobotnya yang mengganggu ku bernafas.Aku bilang padanya.Ia lalu mengendorkan
pelukannya.Kemudian aku didera rasa geli, malu, risi, juga gejolak yang mulai
timbul dalam diriku.Aku tidak lagi menutupi liang kewanitaanku dengan
tanganku.Kini kedua tanganku malah, memegang kepalanya.Dengusan dan rintihanku
seakan minta pertolongan agar cepat di hentikan.Namun kelakuan Pak Ali tidak
dapat di hentikan lagi.Kini ia dengan mudah dapat membuka kedua pahaku.Ia
dengan cepat memposisikan dirinya di antara kedua pahaku.Aku sadar tadi telah
diakalinya, hingga aku kurang waspada.Kini aku berusaha merapatkan pahaku,namun
gagal dan terhalang tubuhnya yang tambun.Aku semakin tak kuasa melihatnya yang
berada diatas tubuh telanjangku.Tanganku berusaha mendorongnya agar
menjauh.Namun apalah daya ,bagi seorang wanita yang kini didera rasa,
birahi,rasa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suamiku.Kini sensasi itu
membuat gerakanku melemah dan menuruti apa yang di perbuat Pak Ali.
Pak Ali, mendapatkan posisi yang amat
menguntungkannya.Ia dengan mudah mengekpos suluruh titik sensitif di tubuhku
dengan mudah. Dia masih saja bermain main di wilayah payudaraku,hingga aku
merasakan air ludahnya sudah bercampur dengan keringatku. Hampir seluruh
permukaan kulitku dijilatnya dengan lidahnya.Mulai dari bahuku hingga perutku
yang masih rata ini.Aku tahu ia amat memperhatikan seluruh tubuhku.Perlahan ia
pun semakin turun kearah bawah perutku.Aku tahu ia ingin melakukan sesuatu disana.Aku
usahakan menutupnya dengan tanganku.Dan dengan cara perlahan ia jauhkan
tanganku dari liang kewanitaan yang selama ini aku jaga kebersihan dan rawat
ini.Tanganku di taruhnya di bahunya.Ia lalu mendekatkan wajahnya ke organ
kewanitaanku ini.Aku merasakan debar debar aneh.Ini adalah kali kedua, laki
laki yang melihat organ kewanitaanku, setelah suamiku.Pak Ali lalu
menciuminya.Lalu lidahnya menjulur kearah belahan liang kewanitaanku.Lidahnya
masuh, dan terus masuk menyesaki rapatnya organ vitalku ini. Dengan tanpa jijik
ia jejalkan lidahnya di bibir kewanitaanku.Hingga daging kecil atau klitorisku
seaskan membengkak karena gesekan lidahnya yang terasa kesat di kemaluanku.
Beberapa menit kemudian , aku merasakan adanya dorongan yang akan meledak di
dalam tubuhku.Aku tahu aku akan mendapakan orgasme yang kedua kalinya.Aku
semakin merapatkan pahaku, menahan orgasme yang datang, hingga kepala Pak Ali
terjepit pahaku yang putih licin karena keringat.Aku secara eksplisit merintih
dan meregang otot-ototku, mendapatkan orgasme kedua ini.Rasanya aku amat
penuh.Aku semakin histeris dan kepalaku miring kekiri kekanan, juga tangannya
meremasi apa yang aku pegang, aku seakan mampu merobek kain sprey yang sudah
tak beraturan ini.Keringatku membasahi,jidat, leher, juga payudaraku basah oleh
keringatku.Dalam gerakanku ini aku tak sadar hingga sanggup melepas kalung yang
aku pakai. Juga terdengar dencingan gelang emas yang aku pakai.melewati saat
saat orgasme kedua ini , aku amat histeris, mengalahkan rasa yang aku dapatkan tadi
juga saat bersama suamiku.
Aku memperhatikan Pak Ali, masih berada di bawah
perutku.Ia masih disitu, menghisap air cintaku yang keluar dari liang
kenikmatanku.Tidak ada rasa jijik yang ia perlihatkan padaku.Dari pandangan
matanya padaku setelah aku kecapaiannya ini, hanya rasa bangganya karena bisa
membuatku bahagia saat itu.Aku amat berhutang budi padanya, meski tidak melalui
persenggamaan aku bisa mendapatkan orgasme yang amat puas.Pak Ali memperhatikan
aku yang mulai lemah dengan tangan yang terbuka.Kedua kakiku juga terbuka
seoalah aku sudah tak mampu menutupinya.Aku amat lemas sekali saat itu.Ia pun
turun dari ranjang ku dan mengambil air minum.Setelah diminumnya air itu,lalu
aku juga di berinya air .Aku memang amat haus sekali.Setelah meletakkan gelas
yang ia pegang, lalu dengan handuk kecil ia lap seluruh tubuhku dengan
lembut.Dengan hati hati ia lap wajahku, leher, dada, hingga kedua pahaku dan
selangkangannku.Tubuhku di balikannya,punggungku juga tak luput darinya.Aku
masih dalam keadaan lemah dan tak mampu menggerakan anggota badanku.Disaat ia
membalikan tubuhku,ia menemukan kalung yang aku pakai dan sempat lepas
tadi.Kalung itu diserahkan padaku,dengan suara serak aku minta ia
memasangkannya di leherku.Aku bangun dan sambil duduk ia bantu aku memasang
kalung yang lepas saat aku histeris tadi.Untunglah rantainya tidak
putus.Selesai memasang kalung itu, ia lalu kembali membaringkan aku.Dan
meletakan kepalaku di bantal.
Kemudian ia pun membaringkan tubuhnya yang agak
kurus itu di sampingku.Tangannya lalu membelai belai anak rambutku.Lalu ia
membisikan sesuatu ke telingaku..Aku terbelalak, dan juga memandangnya dengan
tidak suka.Aku lalu membalikkan tubuhku, seakan tidak suka akan bisikannya itu.
Ia pun dengan wajah masam membantingkan kepalanya ke bantal.Kini aku rebah di
kasur sambil membelakangi Pak Ali.Pak Ali pun masih berada di belakangku.Dengan
jari-jarinya ia gesek-gesek punggungku yang terbuka.Sedangkan bagian pahaku aku
tutup dengan selimut, sebab udara amat dingin karena hujan yang masih mengguyur,apalagi
juga di daerah sini amat terkenal karena hawanya yang dingin.Perlahan bulu bulu
romaku berdiri karena elusan jarinya, di bahu,tengkuk, juga punggungku yang
banyak tumbuh bulu-bulu halus itu.Dengan nafasnya yang berat ia berusaha
memberiku kehangatan. Hembusan nafasnya itu mampu memberiku percikan birahi
lagi.Di saat aku membelakanginya, aku sempat melihat di jam di mejaku. Waktu
menunjukan jam 12 tepat.Aku masih berusaha untuk menahan gejolak yang timbul
karena elusan elusan halus Pak Ali.Namun semakin aku berusaha menolak gejolak
itu, malah semakin menjadi jadi.
Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlarut
oleh rangsangannya.Aku masih ingin memberikan keperawananku ini pada suamiku
tercinta.Aku merasa amat teledor senja tadi, harusnya aku tidak membocorkan
rahasia kamarku pada Pak Ali, bagaimanapun ia adalah orang lain yang tidak ada
pertalian darah dariku.Namun mungkin karena terdesak saja .Aku semakin yakin
Pak Ali juga menginginkan kegadisanku ini.Aku semakin tak punya pertimbangan lagi.
Aku terdesak dan amat rapuh sebagai seorang wanita.Mengingat kebodohanku dan
mudahnya aku rapuh saat ini,membuatku meneteskan air mata.Aku kembali didera
rasa bersalah, rasa menyesal dan rasa berkhianat .Padahal suamiku amat percaya
padaku,kini malah aku yang berkhianat.Aku lalu menangis lagi.Dalam posisi
membelakangi Pak Ali yang masih berupaya merangsangku saat itu,.tangisanku
didengarnya.Lalu tubuhku dibalikannya,hingga menghadap dia.Dengan pandangan
mata tuanya ,ia pun berkata, jika aku tersinggung atas kata katanya tadi ya
tidak usah katanya.Lalu aku jawab, tentang nasibku yang amat tidak beruntung
ini padanya.Aku menangis karena memang aku lagi sedih jawab ku singkat. Pak Ali
lalu mengusap ngusap dahiku dan rambutku.Aku memandang matanya, dalam bola
matanya seolah terungkap bahwa ia memang ingin mendapatkan yang ia minta
tadi.Namun aku telah terlanjur tidak akan memberikannya pada orang lain selain
suamiku.Ia diam saja dan kini membelai belai buah dadaku yang hanya tertutup
selimut.Ia masih berusaha memancing birahiku agar kembali terbakar.Aku tahu
bahwa Pak Ali tidak ingin melakukan pemaksaan padaku,selain ia sadar pada
posisinya yang telah dianggap saudara oleh ayahku itu.Tidak lama memang, aku
kembali terbakar.Mukaku memerah menahan gejolak itu.Aku tahu aku tak akan mampu
bertahan sebegitu lama , jika terus terusan di rangsang seperti ini.Dengan rasa
kesal aku lengoskan wajahku dari pandangannya yang mulai tersenyum karena
merasa menang.Aku sebal dengan kelakuannya yang mulai susah aku kontrol. Ia
kini seakan merasa berhak atas tubuhku.Aku berusaha membalikan tubuhku untuk
menegaskan padanya untuk jangan me rangsangku lagi, namun aku tak
mampu.Tangannya yang kiri terus turun menuju liang kewanitaanku.Aku berusaha
merapatkannya kedua kakiku.Tapi jarinya tetap berusaha masuk dan mencari
klitorisku.Aku sesenggukan menahan bisikan dari dalam dadaku.Aku yang tadinya
merasa Pak Ali adalah orang yang tepat untuk menumpahkan uneg-uneg kini malah
memanfaatkan kelemahanku.Lalu perlahan gerakanku yang merapatkan kakiku semakin
tak bisa aku pertahankan.Menerima rangsangan di pusat kewanitaanku ini, aku
tanpa sadar melemah dan kaki ku semakin terbuka.Dan tanpa aku ketahui Pak Ali
melepaskan celana dalamnya yang mulai kusam itu.Ia lalu memposisikan dirinya di
antara kakiku yang terbuka ini.Aku kaget, karena sempat merasakan otot
kemaluannya yang mulai keras dan hangat tersentuh perutku.Dengan sigap ia telah
berada diatas tubuhku.
Aku mulai sadar,bahwa tidak lama lagi aku akan jatuh
kedalam keinginan Pak Ali.Aku semakin bingung memikirkan yang akan
menimpaku.Aku semakin takut jika saja ia memperkosa dan membunuhku saat itu.Aku
kini sudah tak mampu berpikiran normal.Aku tahu yang diingini Pak Ali.Tangisku
kembali meledak,aku seakan tak mampu bertahan dari serangan nafsu dan birahi
yang ia hamparkan kepadaku.Kini hanya tangislah sebagai pelampiasanku.Aku lalu
memandangi matanya yang mulai memerah karena nafsu.Tampak ia amat ingin
sekali.Dalam sesengukan tangisku itu, aku usahan untuk melepas kan cincin kawin
yang kukenakan.Sempat terbayang didiriku saat saat Bang Ardi suamiku
memasangkannya di jariku di depan penghulu dulu.Aku merasa bersalah kepadanya,
cincin ini adalah lambang cinta kami dan simbol ikatan aku dan suami.Aku merasa
tak lagi mampu menahan ancaman yang akan merobohkan tiang perkawinan kami.Kini
aku lepas cincin itu, dengan harapan aku tidak terlalu didera rasa bersalah
yang amat dalam.Dalam lelehan air mata dan sesengukan tangis , cincin itu aku
letakan di meja kecil samping ranjangku.Biarlah cincin itu seolah menyaksikan
penyelewenganku saat ini.Dengan pandangan heran Pak Ali memperhatikan tingkahku
itu. Kini semakin aku tahu, bahwa Pak Ali bukanlah orang baik-baik, sebab di
saat aku melepas cincin itu tak ada upayanya untuk membatalkan niatnya padaku. Malah
aku lihat ada kilatan rasa bangganya saat itu.Biasanya kalau orang baik baik
akan tersentuh hatinya melihat tindakanku itu.Berarti selama ini hanya
kebohongan saja jadi orang baik baik, namun mempunyai maksud maksud tertentu.
Setelah meletakkan cincin itu, aku memandangnya dengan pandangan sinis dan
marah.Dia masih berada di atas tubuhku saat itu.Aku lalu tidak lagi
memandangnya.Kini tubuhku serasa kaku dan aku sudah pasrah akan apa yang
terjadi pada tubuhku ini.Melihat aku melengoskan wajah dari pandangannya, malah
Pak Ali semakin berupaya merangsangku. Oh…alangkah tidak tahu dirinya orangtua
ini, bisik hatiku. Rupanya kebaikan orangtuaku selama ini telah dikhianatinya.
Kini dengan tangannya ia terus memilin dadaku hingga
memerah.Bibirku di ciuminya meskipun aku berusaha mengatupkannya.Aku semakin
tak berdaya menentang kemauan Pak Ali. Sehabis diciuminya, aku lagi melengoskan
wajahku dan tak memandang matanya.Aku tahu ia akan menggauliku.Hingga tanpa aku
inginkan kembali air mata ku meleleh dari sudut mataku yang sudah sembab karena
tangisan.Pak Ali lalu berusaha membuka kedua pahaku yang telah terbuka.Aku
seakan tak ada daya untuk mencegah.Dadaku semakin berdebar debar tidak
karuan.Aku semakin bingung dan menahan nafas.Debar didadaku semakin keras menanti
yang akan terjadi padaku.Lalu Pak Ali mulai membuka belahan bibir kewanitaanku
dengan jari jarinya.Ia lalu mengarahkan kemaluannya.Aku sempat menahan nafas
.Aku tahu aku akan kesakitan sebab ini adalah yang pertama bagiku.Dari cerita2
temanku disaat saat melakukan coitus pertama kalinya akan merasakan
kesakitan.Apalagi, melihat panjang dan besarnya kemaluan pak Ali,aku semakin
tak kuasa menghindarinya. Dengan perlahan ia berusaha memasuki pintu kemaluan
aku.Namun selalu gagal, kadang terpeleset.Aku masih berdebar debar dan menahan
nafas. Aku seakan tak kuat menahan bobot tubuhnya,meski tubuhnya kurus namun
membuatku sulit bernafas,mungkin perasaan takut itu yang membuatku
kuatir.Merasa usahanya selalau gagal memasuki diriku , ia lalu meraih bantal
yang berada dekatnya.Dengan bantal itu ia ganjal di punggungku hingga posisiku
kini menghadap dirinya dan liangku semakin terbuka.Ia semakin mudah memasuki
diriku.
Dengan perlahan dan sedikit demi sedikit, kepala
kemaluan Pak Ali yang lumayan panjang itu mulai meretas jalannya.Pertama ada
rasa geli dan gatal di bibir kemaluan ku, lalu berganti rasa nyilu.Saat aku
merasakan nyilu itu, ia menghentikan dorongannya.Lalu ia kembali menambah
masuk, aku terpekik, sakit..sakit kataku berulang ulang.Ia berhenti, tapi sebentar
lalu ia dorong masuk kelelakiannya ke dalam kewanitaanku.Aku berusaha menahan
bahunya untuk tidak masuk lagi.Namun tidak berhasil.Tampaknya ia memang amat
ingin merobek keperawananku. Tanpa memberiku waktu sedikitpun ia langsung
menghujamkan kemaluannya hingga mentok didasar rahimku.Aku terpekik dan
menangis.Ia lalu mendiamkan posisinya itu, tampaknya memang untuk menjebol
keperawananku ia usahakan untuk berlama-lama disana. Aku menagis dan terus
menangis seolah mengucapkan selamat tinggal pada keperawananku. Aku telah
berhasil dijebol oleh penjaga rumahku ini. Kemudian ia menarik kelaminnya yang
panjang dari liangku lalu memasukannya lagi berulang ulang.Aku masih merasa kan
sakit yang amat sangat.Kini aku sudah menjadi taklukannya.Beberapa lama ia terus
bergerak diatas tubuhku seolah aku adalah kuda pacuan yang sedang
ditungganginya.Tubuh putihku beberapa kali bergerak mengikuti gerakannya. Buah
dadaku yang montok inipun tidak luput dari remasan tangannya seolah tali untuk
menarik kuda.Aku semakin sulit menahannya dan rasa sakit dan nyilu disekujur
tubuhku. Keringatku di dahiku amat banyak juga leher dan dadaku. Semua sudah
bercampur dengan air mataku.
Pak Ali terus melakukan gerakan maju mundur beberapa
kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa menit kemudian ia
memuncratkan spermanya di dalam rahimku.Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia
klimaks itu. Gerakannya semakin melemah lalu amruk di dadaku. Merasakan bobot
badannya yang membuatku kesulitan bernafas, aku lalu mendorongnya ke sampingku.
Ia pun rebah di sana.Kini aku berusaha bangun dari rebahan. Aku merasakan rasa
sakit dan nyeri di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku bahwa jika telah
di perawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku hanya bisa duduk. Rasa
nyeri mendera liang kelaminku.Saat itu aku melihat lelehan darah segar di
pahaku, juga di sprey yang kusut itu.Kesedihan amat mendera sanubariku yang
paling dalam.Aku menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada lelaki lain dan
bukan pada suamiku.Aku juga menyesali ketidak mampuan suamiku mengambil apa
yang menjadi haknya padaku.Aku juga merasa bersalah, ini bukanlah semata mata
kesalahan Pak Ali.Aku juga andil menyebabkan dia mengambil apa yang bukan
haknya. Dalam kesedihanku setelah berhasil di renggutnya kehormatanku oleh Pak
Ali. Aku hanya duduk terdiam di sandaran ranjangku.Dimataku masih ada jejak
jejak tangis.Tubuh telanjangku aku tutup dengan selimut tebal.Selain
kesadaranku sudah pulih ditambah hawa dingin yang masih terasa.Aku lihat
disampingku tergolek tubuh hitamnya. Pak Ali yang baru saja merenggut
kehormatanku.Ia terlihat sangat nyenyak, juga diwajahnya tersirat kepuasan. Di
dalam hatiku aku serasa ingin marah dan mengusirnya yang masih tidur
diranjangku.Aku pandangi wajah tuanya. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya
yang hitam juga benda panjang yang baru saja mengaduk aduk kewanitaanku.Dia
masih terlelap dan saat itu tubuhnya hanya tidak tertutup apapun juga.Aku heran
dia tidak merasakan dingin,sedangkan aku hampir saja menggigil.Aku berusaha untuk
tidur,namun rasa nyeri dan agak linu di kemaluanku membuatku susah untuk
memicingkan mata.
Disaat aku berusaha untuk memicingkan mata.Pak Ali
terbangun.Ia lalu meraih selimut yang aku pakai.Tampak ia juga merasa
kedinginan.Ia bertanya padaku,kenapa belum tidur, aku diam saja.Malah aku
semakin membalikkan tubuh membelakanginya.Iapun berusaha,untuk masuk kedalam
selimut yang aku pakai.Pak Ali lalu masuk kedalam selimut yang aku pakai.Ia pun
berusaha menutupi tubuhnya karena dingin.Dalam posisiku yang
membelakanginya.Tanpa bisa aku cegah lagi dia dengan seenaknya membelai bahuku
dan menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku sadar ia sepertinya ingin
merangsangku kembali.Namun perbuatannya itu aku biarkan saja tanpa
menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan tengkukku.Aku
merinding saat itu, dan berusaha menghalangi tangannya yang mengelus tengkukku
dengan tanganku.Usahaku tidak berhasil,malah dia yang semakin berusaha
membalikan wajahku untuk berbalik kearah wajahnya.Dalam keadaan itu akupun
terpaksa menghadap wajahnya. Lalu ia raih daguku dan ops…bibirku langsung di
sapunya dengan lidahnya.Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai buah
dadaku.Aku semakin tersedu sedu merintuh menahan rasa geli dan hangatnya
belaian tangan kasarnya.Lalu tangan kirinya turun ke bawah, kearah liang
kewanitaanku.Jarinya begitu mahir masuk kedalam liang kewanitaanku yang kini
sudah tidak perawan lagi.Beberapa saat kemudian ia membelai belai
klitorisku.Aku semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya.Aku sudah mulai
terbakar birahi lagi. Mukaku kembali memerah dan keringat ku kembali
timbul,karena aku merasakan tubuhku tidak dingin ,kini sudah panas karena
birahi.
Tanpa menunggu aba aba lagi, Pak Ali beranjak bangun
dari posisinya yang menyamping dariku saat itu.Ia lalu menyingkirkan selimut
yang menutupi kami saat itu.Kini tubuhku dan Pak Ali sudah sama terbuka.Ia
berusaha membuka kedua pahaku kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara
pahaku.Aku tahu ia kembali ingin menghabiskan malam itu denganku dengan
melakukan hubungan badan kembali.Aku yang kini sudah merasakan tidak ada lagi
yang akan aku pertahankan dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku cenderung
menurut apa yang akan ia lakukan. Malah kini aku juga membantunya untuk lebih
membuka kedua pahaku untuk di masukinya.Meski rasa perih dan nyilu masih
terasa,namun aku sudah tidak memperdulikannya. Kini kami sudah
berhadap-hadapan, siap untuk melakukan persenggamaan.Bertahap dan penuh
kehati-hatian Pak Ali mulai mengarahkan kemaluannya ke dalam rahimku.Aku kini
merasakan sensasinya amat dalam.Kini aku sudah tidak terpaksa lagi.Awalnya hanya
kepala kemaluannya yang menyentuh bibir liang sanggamanku,lalu berangsur
semuanya.Aku kini merasakan sentuhan kemaluan pak Ali masuk kedalam
rahimku.Gerakannya maju mundur dan teratur.Ia kini tidak terlalu tergesa-gesa
seperti saat ia pertama kali menjebol rahimku.Kali ini begitu penuh perasaan
dan kelembutan.Ia terus memandangi mataku, aku jadi malu sehingga kupejamkan
mataku ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan cepat. Aku merasakan
ada sesuatu yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku berusaha menahan rasa
itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku serasa mengejang dan
otot-oto diseluruh persendianku mengeras.Aku mendapatkan orgasmeku,namun Pak
ali masih saja tetap masih dalam gerakan memompa semakin cepat.Tangannya tak
tinggal diam sambil meremas kedua payudaraku.Aku semakin tak bisa mengendalikan
diri lagi.Aku raih bahunya, dan aku jepitkan kedua kakiku di pinggangnya.Hingga
beberapa menit kemudian tubuh Pak Ali langsung mengejang dan gerakannya
pinggulnya seakan mendorong kemaluannya kedalam rahimku. Ia seakan ingin
memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku cegah lagi, ia pun
menumpahkan air spermanya dalam rahimku. Ia lalu memelukku amat erat, seakan
tak mau terpisah dari tubuhku.Masih dalam keadaan berdempetan dengan tubuhku
Pak Ali pun terjerembab di sampingku, juga kelamin kami terlepas.Kini kedua
tubuh kami, sudah basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan ini.
Aku pun akhirnya tertidur bersama Pak Ali sambil
berpelukan di ranjangku. Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Pak Ali
lagi di sampingku. Ia ternyata telah menyiapkan sarapan pagi. Pagi itu
tampaknya masih turun hujan, malah tambah deras.Hingga di luar jendela aku
tidak dapat melihat indahnya sawah dan pemandangan danau. Aku berusaha bangkit
dari ranjang, baru saja akan menginjakkan kaki di lantai, oh…aku kembali
merasakan nyilu di kemaluanku. Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar.Lalu
aku duduk di jendela ruang tengah.Dan Pak Ali datang dengan membawa nasi goreng
juga dengan telur setengah matang. Ia lalu menyuruhku makan, untuk memulihkan
tenagaku yang terporsir malam tadi.Dengan lahap aku santap makanan yang di
masaknya itu. Memang aku sangat lapar dan lalu aku di beri susu yang di bawa
dari Padang. Sehabis makan, aku lalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku
dari sisa sisa persebadanan malam tadi. Semua lendir dan jejak jejak yang
menempel di tubuhku aku bersihkan dengan sabun. Kemudian aku masuk kamar untuk
mengambil pakaian.Aku agak kaget, soalnya Pak Ali,sudah berada di dalam
kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang sudah kotor dan ternoda
darah kehormatanku. Ia kemudian membawa sprey itu ke luar kamar dan
merendamnya. Tidak lama kemudian ia masuk lagi ke dalam kamarku. Saat itu aku
sedang duduk di depan cermin sambil memoles wajahku.Ia pun dengan berani
memegang bahuku.Aku kaget dan agak kesal padanya yang seenaknya masuk kamarku
dan meraih bahuku. Ia diam dan malah memandang mataku dalam-dalam. Dan dengan
sedikit gerakan saja, aku sudah berhasil di baringkannya di ranjangku. Ia lalu
menciumi rambutku yang masih basah karena keramas. Iapun sedang berusaha untuk
melepaskan busana ku.Aku seakan tak berdaya, menolaknya.Dan akhirnya di pagi
hari itu, kami kembali mengayuh kebersamaan ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami
orgasme. Tubuhku seakan semakin mampu membalas perlakuannya. Kini tak ada lagi
rasa sakit di kewanitaanku saat bersebadan.Aku pun tak malu malu lagi memegang
alat kelaminnya yang masih kokoh itu.
Hingga selama dua hari aku di kampungku, aku tak melewatkan
kesempatan bersenggama dengan Pak Ali. Dan selama itu juga,aku tidak sempat
memakai celana dalam dan hanya rebahan di ranjang. Sepulang ke Padang, aku
mengantarnya kerumah orangtuaku.Aku lalu terus ke rumahku. Siang itu, aku
memeriksa laporan anak buahku.Aku lalu mandi dan tidur siang itu.Setelah
beberapa hari lamanya, aku tetap menjalankan rutinitas pekerjaan seperti
biasanya.Juga aku menghubungi suamiku yang masih tiga minggu lagi pulang.Aku
juga sempat menghubungi kedua orangtuaku, rupanya orangtuaku rencananya akan
terus ke Bali tempat kakakku yang perempuan.Aku semakin didera rasa
kesepian.Terkadang dimalam hari,aku ingat kejadian saat bersama Pak Ali.Aku
mengaku sejak merasakan hubungan terlarang bersamanya aku seakan merindukan
saat-saat seperti itu dan akupun mencari jalan cara agar dapat mengulangnya.Aku
tentunya tidak mungkin melakukannya di rumah orangtuaku sebab ada istrinya.Lalu
aku mendapatkan cara, yaitu menelpon ke rumah orangtuaku,minta ia besoknya
datang,karena ada yang akan di perbaiki. Besoknya ia datang ke rumahku
sendirian. Ia pun bertanya apa yang akan ia kerjakan.Dengan pura-pura aku
bilang saja,atap di ruang dapur ada yang bocor kataku.Lalu Pak Ali memeriksanya
dan membetulkan atap yang memang sedikit bocor. Selesai dengan pekerjaannya ia
lalu memberitahuku.Saat itu aku tidak kekantor dan di rumah saja.Pak Ali seakan
tahu yang aku inginkan darinya.Saat aku sedang di meja makan, ia tiba-tiba
merangkulku dan menciumi bibirku.Aku yang seperti seorang musafir kehausan
membalas perlakuannya itu, lidah kami seakan saling memilin.Dan kamipun
berjalan kearah kamarku.Aku merebahan tubuhku di ranjang menunggunya yang
sedang menutup pintui rumah dan kamar, tak lama memang,ia pun masuk
kamarku.Semua pakaiannya ia lepas,lalu menaiki ranjangku.Ia lalu berusaha
melepaskan semua busanaku.Kemudian kami pun saling meraba dan memberi
rangsangan.Hingga aku pun bersiap siap membuka kedua pahaku dan memberinya
jalan untuk menyenggamaiku.Aku kini dengan suka rela menerima hujaman kemaluan
pak Ali di rahimku.Kurang lebih 10 menit ia mengayuh dan mendorong
kemaluannya,barulah ia memuntahkan air kelakiannya di rahimku.Aku amat merasa
puas, sebab aku juga sudah mendapatkan orgasme.seharian itu,ia memuaskan
dahagaku.Dan setelah aku merasakan capai disana sini di setiap persendian
tubuhku barulah kami menghentikan persenggamaan itu.
Hingga saatnya, aku telah mendapatkan apa yang tidak
aku dapatkan dari suamiku.Pak Ali amat mengerti keinginanku.Ia kini rutin
memberiku jatah seks dan akupun berusaha untuk memuaskannya.Namun saat yang
membuatku jadi heran,kenapa saat bersama Pak Ali aku tidak sampai hamil,
padahal aku tidak melakukan proteksi atau apapun juga. Kini aku terus melakukan
kehidupanku dengan dua orang suami yang memang aneh jika diketahui dan lihat orang
lain. Terkadang aku sering pulang ke Maninjau hanya berdua dengan Pak Ali. Dan
sudah bisa ditebak,bahwa selama di Maninjau kami mereguk sepuasnya kenikmatan
badani dan aku merasakan amat puas. Aku semakin larut akan belaian dan haus
akan hujaman kemaluan Pak Ali yang cukup membuat liang kewanitaanku terasa
penuh. Setiap setelah bersenggama aku merasakan tubuhku kembali segar dan
segala beban pikiranku seakan musnah. Kini aku semakin tak mau melepaskan saat
saat bersama Pak Ali. Aku sudah memiliki orang yang bisa menutupi kekurangan
suamiku. Ia bukanlah orang lain dan juga aku yakin akan terjaga kerahasiaanya.
Aku semakin tidak malu lagi untuk mengajak pak Ali untuk tidur di rumahku. Aku
semakin tidak peduli terhadap statusku yang seorang istri dan Pak Ali yang
adalah pembantu keluargaku. Kini kehidupanku semakin tak beraturan. Disaat
suamiku berada di tempat kerjapun aku masih mencuri curi waktu untuk mereguk
kenikmatan ragawi bersama pak Ali. Memang hampir masuk 4 bulan ini, aku dan pak
Ali selalu melakukan hubungan badan paling kurang 2 kali seminggu.Hingga
perbuatan kami itu akhirnya membuahkan hasil. Aku tidak menyangka diriku hamil,
memang selama ini selama bersebadan pak Ali selalu menumpahkan spermanya
didalam rahimku. Saat itu aku merasakan tamu bulananku tidak kunjung datang
padahal biasanya teratur.Akupun merasa akhir-akhir ini sering merasa
malas-malasan dan terkadang mual-mual.Dengan alat test kehamilan yang aku beli
di sebuah apotik, aku mencoba mengetahuinya. Dan…aduh alangkah kagetnya, memang
aku positif hamil.Besoknya tanpa sepengetahuan suamiku aku periksakan diri ke
dokter kandungan sekedar mengetahui keadaanku.Dan lagi lagi dokter membenarkan
aku sudah mengandung 1 bulan, lebih gawatnya lagi itu benar benih Pak Ali. Aku
khawatir bagaimana cara memberitahukannya pada suamiku.Alangkah hancur hatinya
jika mengetahui aku hamil oleh pembantuku itu. Suamiku pasti akan marah besar
dan amat menyalahkan aku.Aku semakin tersudut saat itu.Apa alasanku padanya
untuk membela diri dan yang pasti aku telah secara terang-terangan
mengkhianatinya.Juga aku telah melanggar janjiku disaat malam pengantin kami
dulu bahwa aku tak akan meninggalkannya apapun alasannya.
Dan saat tiba dirumah,aku mencoba merenungkan apa
yang akan terjadi pada kehidupan perkawinanku ini.Senja itu suamiku pulang dari
kantor dan dengan hangat aku bukakan pintu rumah.Dengan sedikit memberiku sun
sayang ia lalu berlalu ke kamar untuk mengganti baju kerjanya, sedang aku
mengikutinya dari belakang kekamar.Lalu iapun masuk kamar mandi untuk mandi
sore karena tubuhnya terasa amat penat.Sedang aku menyiapkan baju ganti
untuknya senja itu.dan setelah mandi kamipun beranjak ke ruang makan dan aku
telah menyiapakan makan malam untuknya.Dengan sedikit bincang-bincang seperti
biasanya, kamipun makan berdua. Namun tiba-tiba rasa mual mengganggu aku. Aku
berlari ke wastafel yang berada di dekat dapur lalu muntah-muntah dan merasa
tidak kuat aku lalu masuk kamar mandi.Merasa sudah agak baikan,aku lalu keluar
kamar mandi dan kembali ke ruang makan.Suamiku amat mengkuatirkan
kesehatanku.Dia menyangka aku masuk angin saja.Lalu ia dengan cepat mengakhiri
makannya.Ia lalu membopong aku kekamar dan membaringkan tubuhku yang agak lemah
ini. Setelah aku rebahan di ranjang, suamiku berusaha untuk memijiti tengkukku
dengan minyak angin.Ia mencari cari minyak angin, namun aku beri tahu ada di
dalam tas aku.Ia lalu berusaha mencarinya, namun sebelum mendapatkan minyak
angin ia malah membaca hasil diagnosa dokter yang menerangkan kehamilan ku
ini.Dan dengan amat kaget ia menanyakan padaku tentang surat dokter itu.
“Ri…!ini surat siapa!” katanya sinis.
Aku hanya diam membisu,dan tak berani menatap
matanya.Ia lalu membentakku, “Hei, Ri!ini hasil diagnosa siapa?!” Aku lalu
menangis dan berusaha memeluknya.Namun ia dengan cepat menghindar.Dengan marah
yang amat sangat ia mencerca aku malam itu dengan berbagai pertanyaan tentang
kehamilanku, juga dengan siapa aku berbuat itu semua. Dengan terpaksa aku pun
mengakui dan minta maaf padanya.Aku juga menerangkan dengan siapa aku
bersebadan hingga membuatku hamil. Suamiku lalu terduduk lesu di atas ranjang.
Dengan amat sedih ia amat menyesali pengkhianatanku ini dan amat menyalahkan
aku.
Dalam situasi saat itu, meskipun ia amat marah besar
padaku, ia masih bisa menahan amarahnya.Aku tidak di apa apakannya, dia tidak
melakukan tindak kekerasan padaku.Ia bisa mengontrol kemarahannya.Dengan
terduduk lesu,ia lalu mengakui semua itu memang andil kesalahannya juga.
Aku serasa tidak kuat melihat penderitaannya dalam
kesedihan saat itu.Aku lalu memintanya untuk menceraikan aku.Namun ia
menggeleng dan memberikan alasan yang amat kuat.Jika ia menceraikan aku,maka ia
kuatir rahasianya akan terbongkar,baik kepada orangtuanya dan orangtuaku,itu
akan dapat membuatnya semakin hancur.Itulah alasan suamiku disaat aku minta
agar ia rela menceraikan aku yang telah berbuat kesalahan ini.Ia lalu memberiku
kesempatan untuk bersama sama dengannya untuk membesarkan janin yang aku
kandung saat itu.Suamiku pun sempat bertanya padaku apakah Pak Ali sudah aku
beri tahu.Aku memang belum sempat memberitahu Pak ali saat itu.Suamiku berharap
agar Aku bisa menyimpan rahasia itu agar jangan sampai diketahui orang lain dan
iapun minta agar aku mengatur pertemuannya dengan Pak Ali yang merupakan ayah
dari janin yang aku kandung ini. Aku sedikit lega mendengar penuturan suamiku
yang bersedia menerima anak yang bukan dari benihnya ini,kini tinggal bagiku
untuk memberitahu Pak Ali tentang berita ini.Besoknya, sepulang dari kantor aku
menelpon Pak Ali untuk datang kerumah karena di panggil suamiku.Dalam
pembicaraan telpon Pak Ali sempat bertanya-tanya kenapa dia tiba tiba di
panggil suamiku.Aku lalu menerangkan seperlunya bahwa ada yang akan dibicarakan
suamiku padanya.Terdengar suara Pak Ali yang agak gugup saat aku bilang suamiku
ingin bicara empat mata dengannya besok sore kataku.Dengan sedikit agak kaku ia
menyanggupinya.Aku tahu Pak Ali merasa bersalah telah menggauliku selama ini
dan ia belum tahu tentang kehamilanku ini.
Besok sorenya sebelum aku pulang dari kantor, Pak
Ali sudah berada di depan pintu rumahku.Melihat aku datang ,ia membuka pagar
rumah dan akupun memberikan kunci garase padanya untuk membukanya, sebab aku
ingin memasukkan mobilku kedalam.Dia lalu memberi aba aba kepadaku untuk
memasukan mobilku.Beberapa saat kemudian aku sudah membuka pintu rumah dan
mempersilahkan ia masuk, meski saat itu aku lihat ada rasa canggung di
sikapnya, aku juga mulai agak kaku.Kemudian sesampai didalam rumah ia sempat
menanyakan padaku akan hal dipanggil suamiku.Dengan berat hati aku terangkan
pada Pak Ali tentang kehamilanku ini,juga tentang terbongkarnya kisah kami
itu.Saat itu aku tidak berani menatapnya,iapun demikian.Lalu ia pun
memandangiku dan dengan amat menyesal menyakan bagaimana sikap suamiku.Aku
menjawab seadanya, dan menyerahkan semuanya pada keputusan suamiku nantinya.
Tidak lama kemudian suamiku pulang dan langsung masuk kerumah.Ia langsung masuk
kamar dan mandi.Beberapa saat kemudian kamipun makan malam bertiga dengan
suasana yang amat kaku.Sehabis makan dan beristirahat sejenak.Suamiku mengajak
Pak Ali ke halaman belakang untuk berbicara dengannya.Aku tidak diajak untuk
ikut dalam pembicaraannya itu.Sempat aku lihat mereka berdua bertengkar dan
saling berargumen. Namun yang aku takutkan terjadinya tindak kekerasan diantara
mereka.Syukurlah akhirnya semua kekuatiranku tidak terjadi. Mereka berdua lalu
berjalan kearahku dan suamiku berjalan kedalam kamar.Suamiku sempat bilang,agar
aku mengantar pak Ali pulang kerumah orangtuaku.Dengan sedikit berdandan ala
kadarnya akupun mengantar pak Ali dengan mobilku kerumah orangtuaku.
Selama di perjalanan aku bertanya pada pak Ali apa
saja yang dia dan suamiku bicarakan tadi.Dengan gamblang Pak Ali menerangkan
semua yang dibilang suamiku.Ia berkata bahwa, memang suamiku amat kecewa pada
kami berdua,namun ia juga mengakui bahwa ia tidak mampu memberikan aku nafkah
bathin.Pak Alipun diberi tahu bahwa aku sudah mengandung anaknya.Sempat Pak Ali
merasa gembira sebab diusianya yang sudah tua itu masih mampu membuahi seorang
wanita,dan iapun juga kuatir kejadian ini akan diketahui oleh orangtuaku dan
juga istri juga anak menantunya.Ia amat takut akan membuat berantakan semua
yang telah terjalin selama ini.Namun sesuai kesepakatan dengan suamiku, Pak Ali
tidak boleh mengambil anak itu kelak jika sudah dewasa,biarlah anak ini menjadi
anakku dan suamiku. Selain itu suamiku memberi kebebasan pada Pak Ali untuk
menggauliku kapan aku inginkan.Suamiku berjanji tidak akan memarahinya dan akan
memberikan waktu pada kami berdua untuk berdua duaan asal jangan diketahui
orang lain selain kami bertiga. Suamikupun rela jika aku disetubuhi Pak
Ali,asal Pak Ali bisa menjaga rahasia suamiku itu.Mendengar penuturan Pak Ali
tentang kesepakatan suamiku dan Pak Ali malam itu aku sedikit lega juga sedih.Aku
lega karena suamiku tidak akan menceraikan aku sehingga kedua orangtuaku dan
keluarga besar kami tidak mengetahuinya.Aku sedih,karena aku tahu suamiku akan
berkorban perasaan padaku,karena akan memberi kesempatan kepada kami berdua
untuk selanjutnya melakukan hubungan terlarang ini.
Tidak jauh menjelang masuk kekediaman orangtuaku,
Pak Ali,meraih tanganku dan bilang agar aku bias menerima keputusan itu.Pak Ali
juga sempat mengecup bibirku beberapa saat menjelang ia turun mobil.Syukurlah
kaca mobilku bewarna gelap, sehingga tidak kelihatan apa yang terjadi didalam
mobilku ini.Aku lalu pulang kerumah dan sambil mengarahkan stir ke jalan
lain.Pak Ali sengaja tidak aku antar ke pekarangan rumah karena , aku kuatir
nantinya akan di suruh ibu dan juga istri Pak Ali untuk singgah.Aku hanya titip
salam saja padanya, lewat Pak Ali. Selama dalam perjalanan aku merenungkan kata
kata Pak Ali tadi.Aku amat bersalah pada suamiku,dan aku akan berusaha sebaik
mungkin untuk menyenangkan hati suamiku. Terus terang saja aku memang amat
masih mencintainya dengan seluruh hatiku,namun aku tidak dapat menghindar dari
tuntutan kebutuhan batiniah yang tidak aku dapatkan dari suamiku itu.Aku merasa
amat membutuhkan pemberian nafkah batin dari Pak Ali itu.Meskipun aku sadar, ia
tidaklah sebanding denganku baik usia,latar belakang juga wajahnya yang kalau
jujur aku akui dibawah rata-rata.Aku tidak mencintainya apapun
alasannya.Cintaku telah aku serahkan pada suamiku.Semua ini hanyalah wujud
keinginan bathin yang sering menderaku. Beberapa hari kemudian kehidupan aku
dan suami berjalan seperti sedia kala. Dia mulai bisa menerima aku apa adanya,
malah ia minta agar aku menjaga kesehatan janin yang aku kandung ini.Kehidupan
seksualnya pun sering aku bantu untuk memberinya kepuasan meski tidak melalui
coitus.Dan suatu malam sehabis kami melakukan itu. Suamiku bertanya padaku,apa
aku ingin agar Pak Ali memberiku nafkah bathin.Aku menggelengkan kepala,sebab
aku takut akan melukainya.Suamiku minta aku agar jangan kuatir lagi,ia hanya
minta agar aku tetap mencintainya.Ia secara terang-terangan bilang padaku, jika
aku akan bersama Pak Ali ia akan nginap di luar atau di hotel.Aku tak sadar
jika suatu hari suamiku membawa Pak Ali ke rumah.Aku sempat kaget
melihatnya.Lalu suamiku beralasan ada urusan keluar rumah, dan paling besok
pagi ia pulang katanya.Aku tidak bisa menolak permintaan tulus suamiku itu yang
akan memberiku kesempatan berdua Pak Ali.Tidak lama lalu suamiku pergi dengan
mobilnya dan tinggallah aku dan Pak Ali dirumah.Ia sempat berpesan padaku agar
menjaga janin yang aku kandung agar jgn sampai terganggu oleh aktifitas seks
nantinya.Aku semakin terenyuh melihat perhatian suamiku yang amat dalam padaku.
Memang tidak ada lagi yang harus aku sembunyikan
dari Pak Ali. Malam itu, sehabis mandi aku langsung kekamar dan mengenakan
kimono tidur.Pak Ali masih di ruang tengah sambil menonton televisi.Kini sudah
tidak ada lagi yang harus kami takutkan.Suamiku telah memberi lampu hijau
padaku.Setelah berpakaian sepatutnya,aku belum berani keluar kamar.Ada rasa
jengah dan malu saat itu.Beberapa saat kemudian,aku mendengar Pak Ali mengunci
pintu depan dan mengetuk pintu kamarku.Aku lalu membukanya dari dalam,dan
menyilahkan ia masuk.Aku berpikir saat itu,aku seperti penganten yang akan
melaksanakan malam pertama.Masih aku lihat wajah Pak Ali yang sedikit tegang
saat itu.Aku juga merasa sedikit tegang dan agak gugup sebab ini adalah saat
pertama kali kami akan berhubungan dengan izin suamiku. Kemudian aku pun duduk
di pinggir ranjangku. Pak Ali berusaha menutupkan pintu dan menguncinya. Ia
berjalan kearahku dan duduk disampingku.Tanganku diraihnya dan
diciuminya.Tampak keringat dingin muncul di kerutan keningnya yang mulai
keriput itu.Sesaat kemudian ia raih daguku dan di ciuminya bibirku beberapa
saat. Aku menerima semua itu, meski ada bau nafasnya yang beraroma rokok .Namun
aku berusaha mendiamkannya.Aku menerima kuluman bibirnya di mulutku beberapa
saat. Tanpa disuruh lagi tangannya mulai melakukan usaha melepaskan kancing
kimono tidurku.Mulai dari atasannya yang terlepas hingga bra ku yang berwarna
krem mulai meninggalkan tubuhku.Aku hanya merasa jengah dengan pandangan mesra
Pak Ali pada titik sensitifku ini.Aku lalu berusaha menutupinya dengan kedua
tanganku sambil menyilangkan kedua lenganku.Meskipun aku dan Pak Ali sudah
berkali kali melakukan hubungan badan namun saat aku melakukan dengan izin
suamiku ini membuatku serasa malu sekali.
Masih dalam keadaan bertelanjang dada aku hanya
mampu menundukkan mukaku tidak berani memandang mata Pak Ali yang saat itu
sedang memilin dan mengelus kedua bukit payudaraku.Rasa geli,nikmat dan sedikit
hangat membuatku semakin tak tahan.Tanganku lalu meraih kepalanya yang sudah
memutih itu.Aku menekan kepalanya agar mencekoki payudaraku seakan jangan
lepas.Sambil melepaskan kepalanya dari belahan payudaraku Pak Ali lalu menuju
kearah bibirku.Dengan sedikit ragu aku terima kuluman bibirnya yang kasar
itu.Aku memicingkan mataku disaat kedua mulut kami bertaut.Dengan hati hati aku
lalu direbahkan Pak Ali di ranjang.Aku menurut saja saat direbahkannya di
bantal yang berada dibawah kepalaku.Ia lalu berjalan menjauh dan mematikan
lampu yang menerangi kamarku dan menghidupkan lampu tidur yang berada di
samping ranjangku.Kini redupnya cahaya lampu telah menimbulkan suasana romantis
diantara kami.Kemudian Pak Ali melepaskan bajunya juga celana panjang yang
melekat di tubuhnya. Dengan hati yang berdebar aku menunggunya melepaskan
penutup terakhir yang berada di bawah perutnya itu. Tampak olehku kemaluannya
menggantung loyo namun panjangnya melebihi milik suamiku.Aku baru kali ini
sempat memperhatikannya disaat loyo, sebab selama ini aku tahunya hanya pada
saat ia akan memasuki tubuhku.Padahal semua itu telah berulang ulang kami
lakukan. Kemudian Pak Ali menaiki ranjang yang aku tempati ini.Ia pun membelai
rambutku,bahuku, dan lalu buah dadaku yang terbuka.Mukanya lalu merunduk dan
menjilati lingkaran payudaraku dan sesekali mengigitnya dengan lembut.Aku
tersedak merasakan dibakar birahi yang mulai naik.Kemudian ia berusaha melepas celana
tidurku.Tanpa kesulitan karena kubantu melepasnya,celana itu pun jatuh ke bawah
lantai kamarku. Kini aku hanya tertutup celana dalam putih saja.tanpa menunggu
lama iapun melepaskan penutup terakhir di daerah sensitifku itu.Kini aku sudah
tidak mengenakan apa apa lagi kecuali, seuntai kalung mas putih dan gelang
rantai juga cincin perkawinan yang masih melekat di tubuhku.
Aku meraih selimut yang ada di ranjangku untuk
menutupi ketelanjanganku.Kini tubuhku telah tertutup selimut dan lalu Pak
Alipun masuk kedalam selimut itu.Ia lalu meraba bawah perutku dan memasukan
jari tangannya kedalam liang kelaminku.Aku kegeliandan mencoba menahan
geraklaju jarinya itu,namun usaha tanganku itu di tangkap tangan Pak Ali.Aku
semakin kegelian dan mendesah.Aku tidak bisa berbuat apapun, tahu-tahu ia
menjilati permukaan kulit leherku, lalu turun ke buah dadaku dan diam beberapa
saat.Dengus nafasku semakin berat dengan beban nafsu yang semakin menjadi jadi,
ditambah rasa geli disetiap permukaan pori-pori tubuhku.Bibirnya terus turun
dan sampai di perutku hingga pangkal pahaku.Beberapa saat lidahnya masuk
kecelah sempit di liang kemaluan aku.Aku semakin menghentak dan merapatkan
pahaku,namun tak bias karena terganjal kepala Pak Ali.Aku semakin tak tau apa
yang akan aku lakukan, gairah birahiku semakin menggila hingga sampailah aku
orgasme.Aku menarik kain sprey tempat tidurku dan menariknya.Kepalaku aku
tengadahkan keatas seakan tidak ingin orgasme ini berhenti.Lalu tubuhku melemah
dan semua pori pori kulitku mengeluarkan keringat yang cukup banyak hingga
kulitku yang putih seakan mengkilap.Pak Ali menelan semua sisa sisa air cintaku
yang merembes di liang kemaluanku tanpa jijik sedikitpun.Sedangkan selimut yang
menutupi tubuh telanjang kami telah terjatuh kelantai.Aku hanya bisa menutupkan
kelopak mataku dan beberapa saat hanya nafasku yang berat meresapi saat saat
kepuasan yang sempurna yang aku dapatkan dari Pak Ali untuk kesekian kalinya.
Pak Ali lalu turun dari ranjang, dan duduk di kursi yang berada didepan kaca
hiasku.Sambil melihat kerahku ia bertanya padaku apakah aku merasa puas malam
itu.Aku hanya mengangguk saja dan hanya menutupkan bantal di selakanganku.Pak
Ali lalu berdiri dan duduk di samping ranjangku.Ia membelai belay rambutku yang
sudah kusut dan dengan tangannya ia hapus keringat yang berada di dahi dan
pipiku.Setelah itu, ia bangkit dan naik lagi keatas ranjang.
Dengan bersuara setengah berbisik ia bertanya padaku
apakah aku bersedia untuk bersebadan dengannya malam itu.Dan dengan bisikan
pula aku bilang aku siap namun kuminta agar ia jangan terlalu bernafsu karena
kasian janin dalam rahimku akan terganggu pintaku.Dan tanpa aku minta lagi Pak
Ali mulai membelai-belai dadaku ingin memancing gairahku lagi. Tak lama
kemudian, akupun sudah merasa siap untuk melakukan persetubuhan dengannya.Aku
sadar ia sudah naik juga birahinya terlihat dari tegaknya dengan jantan kemaluannya
siap masuk kedalam rahimku. Perlahan ia sibakkan kedua pahaku agar terbuka,
lalu memposisikan kemaluannya sejajar dengan liangku. Dengan perlahan dan
pasti,tiang kokoh milik Pak Ali mulai memasuki gerbang kenikmatanku. Gerakan
menusuk dan menarik ia lakukan perlahan lahan hingga birahiku semakin naik.
Gerakannya lambat namun amat terasa pergeseran alat kelamin kami.Agak lama
memang dan tiba-tiba aku seakan merasa ada yang membuatku histeris dan menarik
kepala Pak Ali di sela-sela dadaku.Aku juga melingkarkan kedua kakiku di
pinggulnya.Dan tibalah saat aku orgasme untuk yang kedua kalinya malam itu.Pak
Ali masih belum mencapai klimaks,ia terus saja menghujamkan kemaluannya kedalam
liang kelaminku.Tidak lama kemudian barulah ia menumpahkan spermanya didalam
rahimku.gerakannya semakin cepat dan rasa hangat spermanya seakan menambah
penuh liang kemaluanku.Tidak mulai melambat dan berhenti diatas
tubuhku.Pelukannya semakin melemah dan mengelosor kesampingku.beberapa saat
kemudian Pak Alipun tertidur dan tangannya masih berada diatas dadaku.Malam ini
adalah malam pertama kami berhubungan badan seizing suamiku.Dan disaat subuhpun
Pak Ali terbangun dan kembali menggauliku dan selanjutnya ia minta izin tidur
di kamar lain di rumahku ini.
Semenjak adanya izin dari suamiku untuk selalu
bersama Pak Ali, aku semakin salut akan pengorbanan suamiku.Aku sangat
mencintainya,namun kini rasa cintaku tetap utuh pada suamiku. Akupun sering
membantunya untuk klimaks dengan tangan kadang dengan mulutku.Dan di hari-hari
yang ditentukan Pak Ali selalu dibawa suamiku ke rumah. Ia berharap aku untuk
dapat melakukannya hanya dengan Pak Ali sebab ia sudah tahu seluk-beluk dan
asal-usul Pak Ali.Akupun diultimatum oleh suamiku untuk tidak berpaling dari
dia dan Pak Ali. Dan selama aku hamil ini aku tetap melakukan hubungan badan
dengannya hingga kehamilan memasuki bulan kelima. Saat itu barulah aku dilarang
oleh suamiku, ia kuatir akan kandunganku akan terganggu. Kini anak itu telah
lahir, seorang bocah laki-laki yang lucu, ia mewarisi mata dan mulutku, namun
bentuk wajahnya mirip dengan ayah biologisnya, Pak Ali. Walau demikian Bang
Ardi tetap menyayangi anak itu, terlebih orangtua kami.
“Aduh ini anak lucunya, tapi kok…gak ada yang mirip
kamu Di!” demikian kata ibu mertuaku ketika pertama kali bertemu anak itu.
Kata-kata ibu mertuaku itu tentu hanya bercanda,
tapi Bang Ardi sempat termenung sejenak lalu menjawab, “Hahaha…ibu ini bisa
saja, nanti liat deh kalau sudah besar pasti yang ikut saya itu sifatnya!” aku
dapat melihat senyum terpaksa di tengah kelakarnya sehingga kugenggam erat
telapak tangannya. Hubungan gelapku dengan Pak Ali tetap berlanjut, namun ia
hanyalah sebagai mesin untuk memenuhi kebutuhan biologisku yang direstui Bang
Ardi, selebihnya aku tetap mencintai suamiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.