”Din, setelah dua orang ibu-anak itu, aku mau
istirahat.” ujar Mbah Sukmo dari dalam kamar prakteknya setelah memberikan
susuk pada seorang pasien.
<
<
Samsudin bergegas keluar menghampiri dua pasien berikutnya
dan mempersilahkan masuk ke ruang praktek Mbah Sukmo. Mbah Sukmo adalah dukun
kondang di daerah Jawa Timur. Keahliannya sangat tersohor, dari pelet sampai
santet. Dari pengelaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya. Ruang
prakteknya yang dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian
kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun
berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya. Pasien berikutnya
adalah Nyonya Restuwati dan diantar oleh puterinya Lisa. Nyonya Restuwati
adalah wanita berumur 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa
Timur selain untuk menghadiri resepsi karibnya kemarin, juga mengunjungi Sang
Dukun yang sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya, karena
kesibukan suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan perjalanan
bisnis ke Eropa. Jilbab kuning yang membungkus kepalanya menambah kanggunan
wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah puteri sulungnya Lisa yang
tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Menurun dari ibunya, Lisa yang masih 18 tahun ini juga memiliki kecantikan yang
tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini tampil santai dengan kaos merek Zara
yang ketat lengkap dengan jeans hitam yang lekat dengan pahanya yang ramping.
“Silahkan duduk Nyonya Restuwati dan Dik Lisa….”
ujar Mbah Sukmo mempersilahkan kedua pasien terakhirnya ini untuk duduk di
karpet tepat di depan meja praktiknya.
Mata sang dukun yang tadinya lelah sontak kembali
berbinar. Amboi, cantik benar dua makhluk ini. Mulus, berdada montok, dan
ah….ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar, penis Mbah Sukmo pun
ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari dua wanita cantik
ini.
Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan
dengan kemampuan Sang Dukun menebak nama-nama mereka. Mbah Sukmo kembali
berujar,
“Nyonya Restuwati tidak usah kuatir. Nyonya pasti
bisa jadi anggota dewan tahun ini….Bukankah begitu yang nyonya inginkan?”
“Be..benar…Mbah Dukun. Gimana Mbah bisa tahu maksud
saya?” tanya Nyonya Restuwati makin kaget sekaligus makin percaya pada
kesaktian sang dukun.
Nyonya Restuwati memang salah satu caleg dari parpol
pada pemilu tahun ini. Dan di saat peraturan bukan lagi pada nomor urut,
melainkan suara terbanyak, membuat sang nyonya menjadi ketar-ketir.
“Hahahaha…iblis, setan dan jin mengetahui semua
maksud di hati.” ujar Mbah Sukmo bangga.
“Tapi, ini tidak gampang, Nyonya….” ujarnya lagi.
“Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah.” ujar Nyonya Restuwati tidak sabar.
“Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir.”
“Tapi, ini tidak gampang, Nyonya….” ujarnya lagi.
“Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah.” ujar Nyonya Restuwati tidak sabar.
“Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir.”
Kali ini Mbah Sukmo mulai ngawur. Semua kalimatnya
sengaja dirancang untuk mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini.
“Kamu dan puterimu harus total mengikuti ritual yang
akan saya siapkan. Sanggup?”
“Sanggup,Mbah”
“Dik Lisa sanggup membantu Mama?” tanya dukun yang sedang horny ini pada puterinya.
“Sanggup,Mbah.” Sahut Lisa demi sang mama tercintanya.
“Sanggup,Mbah”
“Dik Lisa sanggup membantu Mama?” tanya dukun yang sedang horny ini pada puterinya.
“Sanggup,Mbah.” Sahut Lisa demi sang mama tercintanya.
Mulailah Mbah Sukmo komat-kamit sambil melempar
kemenyan pada pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan suaranya menjadi
parau.
“Kalian berdua ikut aku ke ruang sebelah….Sebelumnya
Nyonya minum air dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin Timur Tengah.” Mbah
Sukmo menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus, dengan rerempahan yang
mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.
Niat kotornya sudah mulai dijalankan. Di sebelah
ruang praktik utama terdapat gentong besar berisi bunga-bunga aneka macam. Dan
sebuah dipan kayu, serta meja kecil di dekatnya. Lebih mirip kamar mandi. Mbah
Sukmo menyuruh Nyonya Restuwati masuk mendekati gentong. Dan memberi perintah agar
Lisa melihat dari depan pintu ruangan.
“Kita mulai dengan pembersihan seluruh tabir itu,
Nyonya. Rapal terus mantra ini dalam hati sambil aku mengguyur badan
Nyonya….Mojopahit agung, Ratu sesembahan jagad. Hong Silawe,Hong Silawe. ”
lanjut Sukmo.
Tangannya mengambil gayung di gentong dan mengguyur
pada tubuh Nyonya Restuwati. Air kembang pun dalam sekejap membasahi jilbab dan
gamis hitam Nyonya Restuwati. Semakin memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya
ini yang masih ramping dan terjaga.
“Edan..ngaceng kontolku rek.” batin Mbah Sukmo.
Tangannya yang satu bergerak menggosok tubuh yang
sudah basah itu. Dari ujung kepalan Nyonya Restuwati yang masih terbalut jilbab
kuning, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke dua gundukan di dada Nyonya
Restuwati. Sempat Nyonya Restuwati terkaget dengan sentuhan tangan kasar sang
dukun, tapi buru-buru dia konsentrasi lagi dengan rapalannya.
“Bagus terus konsentrasi Nyonya. Jangan sampai
gagal, karena akan percuma ritual kita…Sekarang lepas baju Nyonya biar reramuan
kembang ini meresap dalam kulit Nyonya.”
Perintah Mbah Sukmo yang langsung dituruti oleh
Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini. Nyonya Restuwati benar-benar
telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih kencang.
Melihat mangsanya dalam kendali, Mbah Sukmo semakin berani. Badannya
dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang montok.
Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Restuwati. Terus turun ke
sela-sela paha Nyonya Restuwati, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5 menit,
tampak tubuh Nyonya Restuwati bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan perangsang
sudah mulai bekerja. Mbah Sukmo menuntun Nyonya Restuwati ke dipan kayu yang
ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi yang semakin tidak tertahankan.
Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan tidak mampu berdiri karena
melayang di antara alam sadar dan bawah sadarnya.
Setelah membaringkan mangsanya, Mbah Sukmo
meneruskan rangsangannya. Bibir tebalnya terus mencium seluruh tubuh Sang
Nyonya. Wewangian kembang membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi.
Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vagina Sang Nyonya. Edan, orang kaya emang
beda. Jembutnya aja ditata. Wanginya juga beda, batin Mbah Sukmo sesaat setelah
melihat vagina Nyonya Restuwati. Nyonya anggun ini mulai terangsang hebat.
Tubuhnya menggeliat-geliat setiap sapuan lidah Sukmo memutar-mutar klitorisnya.
Pantatnya naik turun seakan ingin lidah Mbah Sukmo tertancap lebih dalam.
“Eeeemmm….”Desah Nyonya Restuwati penuh kenikmatan.
“Ini saatnya.” Pikir Mbah Sukmo membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Restuwati.
“Apa yang Mbah lakukan pada Mama?”Tiba-tiba semua perhatian Mbah Sukmo terbelah oleh pertanyaan Lisa. Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi. Beda ama ibunya, Lisa tentu saja masih sangat sadar.
“Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?”
“Iya,Mbah.”
“Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi….” perintah Mbah Sukmo sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak.
“Ini saatnya.” Pikir Mbah Sukmo membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Restuwati.
“Apa yang Mbah lakukan pada Mama?”Tiba-tiba semua perhatian Mbah Sukmo terbelah oleh pertanyaan Lisa. Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi. Beda ama ibunya, Lisa tentu saja masih sangat sadar.
“Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?”
“Iya,Mbah.”
“Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi….” perintah Mbah Sukmo sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak.
Urat-urat penisnya semakin membesar, pertanda sudah
sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis Mbah Sukmo yang mirip jamur
raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di bibir vagina Nyonya Restuwati.
Bibir vagina yang sudah basah karena cairan itu merekah saat kepala penis Sang
Dukun mulai membelah masuk. Mbah Sukmo mengatur napasnya. Perjuangannya untuk
menembus vagina Nyonya satu ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu
besar untuk vagina Nyonya Restuwati. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.
“Aaaaah…seret juga milikmu,Restuwati sayang. penis
suamimu payah rupanya. Tahan sedikit ya. Mbah akan beri kenikmatan hebat…”
bisik Sukmo pada telinga Restuwati.
Di lingkarkannya tangan gempal Sang Dukun pada
pantat montok Nyonya Restuwati. Dadanya bersandar pada dua payudara Restuwati.
Dan dengan hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis Sukmo melesak
masuk.
“Eeeeemmmphmm,…mm..mm.”Desah Restuwati sambil merem
melek.
Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi
rupanya membuat sensasi luar biasa bagi Restuwati. Sukmo pun merasa nikmat luar
biasa. Dibanding milik istri mudanya pun, milik Restuwati masih lebih legit.
Mungkin karena orang kota pandai merawat diri, pikir Sukmo sambil menikmati
pijatan vagina Restuwati.
“Plok…plok…plok…plak…plak…plak..” suara perut Mbah
Sukmo bertemu kulit putih Restuwati. Sesekali Mbah Sukmo menelan ludahnya
sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina Restuwati
yang putih mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa.
“Ooooh…Mbah.” Restuwati mengeluh panjang.
Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme melanda wanita
molek ini rupanya, batin Sukmo. Terasa cairan hangat mengalir deras membasahi
batang penis Sukmo. Sukmo mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia
sengaja membiarkan Restuwati menggelinjang dalam orgasmenya.
“Sekarang saatnya,sayang. Jurus entotan mautku. 6
isteriku sendiri tidak ada yang bisa tahan…”Bisik Mbah Sukmo sambil tersenyum
setelah melihat orgasme Restuwati sudah reda.
Sukmo mulai mempercepat genjotannya. Naik turun
tanpa lelah. Pantat Restuwati pun mengikuti irama genjotan Mbah Sukmo. Sesekali
sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan kepalanya. Membuat pantat
Nyonya Restuwati terangkat seakan tidak rela barang besar itu keluar dari
vaginanya. Mbah Sukmo menarik tubuh Restuwati hingga mengubah posisi menjadi
duduk. Sambil memeluk pinggul Restuwati, Sukmo meneruskan sodokannya. Restuwati
pun mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Restuwati
membuat penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah
memuncak. Nyonya Restuwati mendorong Sukmo rebah. Dan kini Nyonya anggun itu
mengambil kendali dengan liarnya. Rambut panjangnya terurai berkibar-kibar.
Peluhnya membuat kulit putihnya seakan mengkilap.
“Hong Silawe,…uuuggh…mmm..mmmph…Hong
Silawe…aaaaahhh…” Dalam gerakan liarnya pun Restuwati tidak lupa membaca
manteranya.
Mbah Sukmo tersenyum dan menikmati itu sebagai
pemandangan yang begitu erotis. Dua tangannya meraih dua payudara Restuwati
yang terayun turun naik. Meremasnya dengan gemas. Sesekali tubuhnya terangkat
untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang menggoda itu. Nyonya
Restuwati mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin
baru kali ini dia alami seumur hidupnya.
“Ooooohh….ooohh…uuuggh.Hong….aaaaah…Silawe..Ratu…j
agaaaad…aaaah” Restuwati semakin meracau tak karuan.
Tubuhnya mulai tak kuasa kembali menahan kenikmatan
dahsyat ini. Restuwati terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun. Pantatnya
mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya memegang rambut
panjangnya.
“Bagus, sayang…terus rapal.rapal…aaah…rapal..kita
sampai bareng, Restuwatiku….hhhhmmpphh..”Mbah Sukmo pun merasakan penisnya
mulai berkedut.
Sambil mencengkram keras pinggul Nyonya Restuwati.
Mbah Sukmo membantu mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh Mbah Sukmo mulai
menegang. Dan sambil bangkit mendekap Nyonya Restuwati, Mbah Sukmo mengeluh
keras,
“Aaaaaaaaagghhh…ghh…Restuwati…”
“aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah.”Nyonya Restuwati pun menyambut pelukan Sang Dukun.
“aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah.”Nyonya Restuwati pun menyambut pelukan Sang Dukun.
Tubuhnya bergetar untuk kedua kalinya. Rupanya
inilah kali kedua Restuwati mendapat orgasme hebat di dipan kayu ini. Badan
seksi Nyonya yang anggun ini pun ambruk didekapan Sukmo yang masih merem melek
menikmati sisa orgasmenya dari caleg cantik ini. Dua-tiga menit ia memeluk
Restuwati, membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang peranakan Restuwati.
Setelah menidurkan Nyonya Restuwati yang kelelahan di dipan, Sang Dukun
melepaskan penisnya dari vagina Nyonya Restuwati. Ia bangkit dari dipan dan
menghampiri Lisa yang mandi keringat menyaksikan mamanya disetubuhi dengan
hebat tadi. Kaos ketat Lisa yang basah keringat menampakan kemolekan gadis yang
baru merekah ini.
“Hong Silawe…Silawe…mamamu sudah melakukan ritual
paling beratnya, Cah Ayu. Biarkan dia istirahat dulu.” ujar Mbah Sukmo sambil
menggamit tangan Lisa yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.
Mbah Sukmo menuju karpet besar di area meja
praktiknya. Ia kemudian meneguk air teh dalam gelas seng yang besar di mejanya.
Dipandanginya Lisa yang duduk di karpet. Benar-benar sangat cantik daun muda
ini. Rambutnya yang dipotong pendek dengan tubuh yang langsing dan padat,
memperlihatkan energi muda dari gadis yang sporty ini. Dengan masih telanjang,
Mbah Sukmo mendekati Lisa yang duduk memandangnya. Batang penisnya mulai
menegang lagi, ingin merasakan nikmatnya vagina belia ini.
“Lisa, dengarkan aku. Tinggal selangkah lagi. Dan
semua ritual ini bergantung kamu sebagai puterinya. Kamu ikuti saja perintahku.
Kita tuntaskan ritual agung ini.Siaap?”
“I…i…ya..Iya Mbah…” Lisa menjawab, gadis ini agak tergagap karena pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa.
“I…i…ya..Iya Mbah…” Lisa menjawab, gadis ini agak tergagap karena pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa.
Kilatan bekas cairan vagina mamanya masih nampak
dari batang penis Mbah Sukmo.
“Hong Silawe…Silawe…kemari Nduk. Hisap kontol ini
dengan mulutmu. Lakukan dengan benar ya Cah Ayu.” perintah Mbah Sukmo sambil
menyodorkan penisnya di depan mulut mungil Lisa yang masih duduk bengong di
karpet tebal ruang praktiknya.
Lisa masih terdiam terpaku. Dadanya naik turun,
dengan nafas masih memburu. Terasa vaginanya basah karena cairan. Ada perasaan
aneh menyaksikan pergumulan Mama yang begitu dicintainya dengan lelaki tua itu.
Pergumulan itu begitu membuat rasa keingintahuannya muncul, meskipun rasa takut
begitu dominan saat ini. Pengalaman pertama yang justru didapatkannya dari mama
dan lelaki tua yang lebih pantas menjadi kakeknya itu.
“Nduk, ayo, keburu roh gaib yang mau membuka tirai
penghalang cita-cita mamamu pergi..” ujar Dukun Sukmo mendekat.
Penisnya yang berdiri begitu tegak dengan urat-urat
besar dan warna hitam pekat, terlihat begitu menakutkan bagi sang dara. Bandot
tua ini sudah tidak tahan untuk mencicipi tubuh anak kota yang begitu terawat.
Begitu putih seperti mamanya. Begitu langsing dan terawat.
“Lisa takut Mbah…” desah Lisa perlahan, sambil kedua
telapak tangannya saling meremas.
Mbah Sukmo menghela nafasnya. Dia mengelus rambut
hitam mangsanya dengan senyum manis.
“Tidak usah takut Cah Ayu. Semua tidak menyakitkan.
Kamu harus melakukannya sebelum pengorbanan mamamu dan Mbah percuma. Kamu
sayang mamamu, bukan?” Sang Dukun pun menebar jebakan mautnya membuat Lisa
tidak memiliki pilihan kecuali menganggukkan kepala.
Dan dengan sigap, Mbah Sukmo mendekatkan penisnya di
depan bibir mungil itu. “Jangan sampai kena gigi ya Cah Ayu. Kulum, sedot dan
pakai lidahmu…begitu ritualnya.”
Masih dengan ragu-ragu Lisa memegang penis yang
hingga begitu besarnya tidak cukup dalam genggamannya. Mbah Sukmo segera
mendorong kepala Lisa maju mundur.
“Hong Silawe…Silawe…setan belang, jangkrik
monyong….terus Nduk.” ujar Sukmo keenakan.
Lisa terus mengulum batang penis Sukmo. Setiap
sedotan membuat lelaki bejat itu merem melek. Terkadang, saking tidak sabarnya
Sukmo mendorong terlalu keras hingga separoh batangnya menyodok masuk ke dalam
tenggorokan Lisa. Air liur Lisa membasahi hangat penisnya, menggantikan
sisa-sisa cairan kemaluan mamanya sendiri.
“Hoooo oooh…bener gitu caranya Cah Ayu…”
Sukmo makin kelojotan, batang penisnya semakin
membesar sehingga nyaris membuat Lisa kesulitan bernapas tiap kali dukun cabul
itu memaksa batangnya memenuhi mulutnya. Tangan Sukmo meremas-remas rambut
pendek Lisa.
“Ah, beruntungnya aku. Anak ini cantiiiiik banget.
Mirip artis sinetron Agnes Monica. Mungil, namun seksi,” pikir Sukmo.
“Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang….di situ tempat semua pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama…” lanjut Sukmo.
“Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang….di situ tempat semua pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama…” lanjut Sukmo.
Dan Lisa pun menurut. Dua buah zakar Sukmo
dikulumnya bergantian. Membuatnya tidak kuasa menahan semua kenikmatan ini. Dia
pun menjadi semakin bergairah dan bernafsunya.
“Sekarang giliran Mbah….” tanpa ba-bi-bu karena
diselimuti nafsunya.
Tangan-tangan dan lidah Sukmo berebutan menjamah
tubuh gadis cantik yang baru tumbuh-tumbuhnya ini.
“Mbah, Lisa malu…” Ketika dua tangan Mbah Sukmo
berusaha melucuti kaos ketatnya.
Tangan-tangan mungil Lisa berusaha menahannya.
Namun, Sukmo tidak peduli lagi. Diserangnya ketiak kiri-kanan sang gadis sambil
menarik kaosnya. Breeet….terlihatlah dada putih mulus dengan dua gundukan yang
indah bentuknya masih dalam perlindungan BH hitam berendanya. Tidak sebesar
mamanya memang, tapi bentuknya begitu paripurna, pikir Sukmo. Belum pernah
dijamah laki-laki. Masih bentuk alami yang mengundang tangan-tangan kasarnya
meremas dengan gemas.
“Demi mamamu sayang….demi mamamu.” Sukmo
membaringkan tubuh Lisa yang didera kebingungan dan rasa nikmat yang pertama
kali dia rasakan itu ke karpet.
Ciuman dukun tua itu memborbardir bibir mungil Lisa,
dan seluruh bagian lehernya. Dan dua tangannya yang lebih kuat menarik lepas BH
itu dari dua payudara yang ingin disentuhnya langsung. Kulit ketemu kulit.
Sukmo berhenti sejenak. Pemandangan yang luar biasa membuatnya tertegun. Bahkan
ketika malam pertamanya saat mengambil kegadisan isteri pertamanya, tidak pernah
dia menemukan sensasi sehebat ini.
“Hong Silawe…Silawe. Kamu cantik sekali Nduk. Dua
payudaramu ini harus disedot untuk mengeluarkan hawa penolong mamamu….”
Seperti tak sabar, bibir tebal Sukmo pun menyerbu
dua puting payudara Lisa bergantian. Tangannya pun bergantian meremasnya.
Kadang gerakan halus melingkar searah jarum jam di sekitar puting, kadang
remasan terhadap semua bagian payudara Sukmo.
“Aaaahh…Mbah.”
Lisa mulai terhayut dalam permainan Mbah Sukmo yang
begitu membuat dirinya melambung. Dua putingnya sudah mancung karena rangsangan
hebat Sang Dukun yang kaya pengalaman ini. Setelah hampir 30 menit dicumbu.
Tubuh Lisa menggeliat namun dengan kaki masih terkatup. Sang Mbah pun menggelar
serangan kilat tahap berikutnya. Salah satu tangannya mulai mengarah ke
selangkangan Lisa. Dibelainya selangkangan gadis itu dari luar. Mulut dan
tangan Sukmo mulai bergeser posisi turun, ke perut dengan dua tangannya masih
bergantian memutar-mutar puting Lisa. Lisa pun makin menggelinjang. vaginanya
pun semakin basah.
“Mbah, sudah jangan Mbah…”Lisa tiba-tiba tercekat
dalam sadarnya.
Tangannya memegang dua tangan Sukmo yang sudah
berhasil membuka kancing dan resliting celana jeans yang membungkus bagian
bawah tubuhnya. Sial, hebat juga kesadaran bocah ini, pikir Sukmo. Rupanya
penaklukannya menjadi tidak mudah sekarang.
“Kamu mengacaukan semuanya!!!!” bentak Sukmo dengan
membuat mimik wajah paling angkernya. “Roh marah dan pengorbanan mamamu sia-sia
malam ini…Sudahlah, lenyap mimpi mamamu!!!”
Lisa yang terduduk sambil meringkuk pada dua pahanya
tertegun melihat akting top markotop sang dukun. Perasaan bersalahnya mulai
muncul. Diliriknya tubuh mamanya di dipan yang masih mandi peluh karena
percintaan hebatnya tadi.
“Ah, mama sudah berjuang keras, dan tak pantas aku menghancurkannya,”
batin Lisa.
Melihat lawannya bingung, Sukmo pun semakin memasang
akting cuek dan marah. Dan ia membalikkan badannya menuju meja persembahannya.
Lisa pun terlihat mulai panik.
“Maaf,Mbah. Lisa cuma takut. Nggak pernah Lisa
seperti ini….”Lisa pun menubruk tubuh Mbah Sukmo dari belakang. Tak sengaja dua
tangan mungil itu bersentuhan dengan penis Mbah yang sudah lapar ini. Sukmo pun
tersenyum…..
“Masih bisa diatur asal Lisa benar-benar siap dalam
upacara ini. Sekarang Mbah bersila di sini. Lisa berdiri tiga kaki dari posisi
Mbah. Lakukan perintah Mbah….” ujar Mbah Sukmo dengan nada tinggi. Lisa
menurut.
“Apa perintah Mbah…?”Tanya Lisa setelah berada di jarak yang diinginkan Sukmo.
“Apa perintah Mbah…?”Tanya Lisa setelah berada di jarak yang diinginkan Sukmo.
“Kamu bisa menari Nduk? Liukkan tubuhmu, menarilah
untuk menggoda sang roh gaib datang lagi…..yak, terus raba badan neng sendiri.
Yah, begitu….mulai lepas celana jeans itu!”
Sukmo menikmati ABG cantik ini menari begitu
erotisnya, meliukkan pinggulnya yang ramping, dengan dua payudara yang
bergantung bebas naik turun mengikuti gerakan Lisa.
“Rebahkan tubuhmu di karpet itu,Nduk…” ujar Sukmo
lirih sambil menahan nafsunya yang sudah melambung.
Tubuh seksi Lisa yang mengkilap basah oleh keringat
dan air liur Sukmo rebah tidak jauh dari Sukmo. Lelaki tua ini pun merangkak
menghampiri ibu jari kaki Lisa. Dengan lembut dikulumnya jari-jari kaki Lisa,
terus bibirnya menelusuri betis, dan terus menaiki paha sang dara jelita ini.
“Uuuuugh…”Terdengar desisan tertahan dari Lisa.
Sukmotidak menyia-nyiakan keadaan.
Lidahnya pun menyodok-nyodok vagina Lisa yang
terlindung dibalik CD hitam berenda itu. Lisa semakin kelojotan. Dan dengan
cepat, tangan Sukmo menarik turun CD Lisa dan melemparnya ke karpet.
“Jangan takut Nduk. Semua akan lancar” bisik Sukmo
ketika Lisa menunjukkan keraguan.
Selanjutnya, lidah Sukmo menyibak rambut vagina Lisa
yang tertata rapi ini. Menerobos masuk, menjilati klitoris Lisa. Lisa
benar-benar melayang menikmati permainan lidah yang dahsyat dari Sang Dukun.
Melihat Lisa mulai menggelinjang, Sukmo terus melanjutkan serangannya. Lidah
Sukmo menusuk-nusuk liang vagina Lisa yang semakin banjir itu. Tanpa bisa
mengontrol dirinya, tanpa terasa tangan Lisa sudah menjambak rambut panjang
sang dukun. Dan semakin dekat dengan kenikmatan, semakin keras tangan Lisa
menarik rambut Sukmo.
“Aaaaaahh…hhh..Mbah..” lenguh Lisa.
Tubuhnya bergetar. Perasaan yang luar biasa. Dia
mengalami orgasme pertamanya dalam hidupnya sebagai wanita. Sukmo tersenyum.
Dia membiarkan sekian detik Lisa menggelepar dalam kenikmatan. Sukmo pun
merangkak mendekati bibir Lisa, dan menciumnya lembut.
“Sekarang saatnya upacara utama,Nduk. Kamu siap?”
Mangsanya terdiam, masih dalam kenikmatan luar biasa
yang tidak pernah dirasakannya. Sukmo pun mengarahkan kepala penisnya yang
mirip jamur besar itu di bibir vagina Lisa. Lisa melenguh saat bibir vaginanya
membuka perlahan, saat penis raksasa itu mulai menembus vaginanya.
“Lisa takut,Mbah…” desis Lisa melihat penis besar
yang terasa tidak mungkin bisa masuk ke dalam lubang vaginanya itu.
“Sabar Cah Ayu. Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu…”Sukmo begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini.
“Sabar Cah Ayu. Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu…”Sukmo begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini.
Dia pun mempersiapkan pergerakan penisnya. Perlahan
kepala penis Sukmo mulai masuk.
“Aaaah…sakiiiiittt…ttt..tt..,Mbah.” teriak Lisa.
Sukmo sudah tidak begitu menggubrisnya. Dia dan
senjata pamungkasnya sudah begitu sibuk menikmati sensasi menembus keperawanan
gadis seksi ini. penis Sukmo pun terus bergerak pelan namun pasti diiringi
rintihan kesakitan Lisa.
“Sabar,sayang…..Heeeeeehhh…hhhh…”Mbah Sukmo pun
menghentakkan pinggulnya dengan kekuatan penuh.
“Aaaaaahhh…..Mbah…Sakiiiit.”
“Aaaaaahhh…..Mbah…Sakiiiit.”
Bleeeeessss…seluruh batang penis Sukmo yang besar
itu tenggelam dalam vagina Lisa yang begitu terasa sangat sempit. Air mata Lisa
mengalir di sela dua matanya merasakan perih selaput daranya dirobek benda
besar yang tidak pernah dibayangkan bisa berada dalam liang vaginannya. Setelah
sejenak membiarkan vagina Lisa beradaptasi, Mbah Sukmo mulai menggoyangkan
pantatnya naik turun. Tampak batang besar penis Sukmo keluar masuk dengan
kokohnya. Cairan vagina bercampur darah perawan Lisa. Rapatnya vagina Lisa
membuat Dukun sableng ini merem melek menikmati semua kenikmatan yang mungkin
sebelumnya hanya bisa didapatkan dalam mimpi. Lisa kelojotan menerima hantaman
penis Sukmoyang terus menerjang tanpa ampun seolah ingin membongkar rapatnya
vagina perawan Lisa. Peluh membasahi dua insan yang berjauhan usia itu.
“Uuuuugh…hh..eeeemph.”Lisa melenguh ketika Mbah
Sukmo menarik tubuhnya dalam posisi duduk. Seperti insting alamiah, tubuh Lisa
seakan paham untuk mengambil peran dalam pergumulan posisi ini.
Pantat Lisa naik turun, pinggulnya meliuk memperkuat
remasan vagina Lisa terhadap batang penis Sukmo. Sukmo pun menyambut dari bawah
dengan sodokan terhebat penisnya.
“Hong Silawe..Silawe…weee…wwweee…wenaaaakkk,Nduk.”
Sukmo meracau penuh kenikmatan. 10 menit dalam deru nafas Lisa semakin ga
karuan. Tangannya memeluk Sukmo.
“Aaaaahhh…hhh…..hhh..Mbaaaaah..” Lisa orgasme untuk kedua kalinya.
“Aaaaahhh…hhh…..hhh..Mbaaaaah..” Lisa orgasme untuk kedua kalinya.
Sukmo menyambut pelukan Lisa dengan lembut.
Mengurangi daya sodokan untuk memberikan kesempatan gadis ini menikmati
pengalaman orgasme keduanya yang indah, Sukmo memberi kecupan hangat di bibir
gadis cantiknya.
“Gimana,Nduk? Siiiiiiap dengan ritual kenikmatan
berikutnya sayang?” bisik Sukmo diiringi anggukan lemah Lisa.
Dengan sigap Sukmo menidurkan tubuh Lisa dengan
tetap memegang pinggul gadis cantik itu dengan dua tangannya yang kuat. Lalu ia
mengangkat dua kaki Lisa dan meletakkannya ke pundaknya dengan posisi penis
masih di dalam liang senggama Lisa.
“Eeeeemmphh…phh..aaahh…” Lisa mendesah ketika dalam
posisi barunya Mbah Sukmo mempercepat genjotannya.
Semakin cepat batang Sukmo keluar masuk, diiringi
naik turunnya payudara Lisa. Cairan vagina Lisa semakin memberi pelumas bagi
rudal raksasa ini untuk mengaduk-aduknya, memaksimalkan kenimatan dua insan
itu.
“Aaaaaah…enak sekali vaginamu Cah Ayu.” bisik Sukmo
sambil meraih puting Lisa dengan bibirnya di sela genjotan itu.
Hampir 30 menit Sukmo tanpa kenal lelah terus
menyetubuhi gadis cantik itu. Peluhnya bahkan menetes jatuh di perut langsing
Lisa, bercampur dengan keringat sang gadis. Kulit Lisa terlihat semakin
mengkilap karena peluh yang membasahi semua bagian tubuhnya. Nafas keduanya
saling bersahutan dengan sesekali diiringi erangan penuh kenikmatan. Hingga
entah sodokan yang ke berapa ratus kali, tubuh Lisa kembali mulai menunjukkan
tanda-tanda orgasme bakal kembali melanda.
“Eeeeergghh..aaaaahh…Mbah…Lisa ga tahan lagi.” desah
Lisa sambil mencengkram karpet dengan kuku-kuku tangannya.
“Saaaabaar, sayang….aaaahh..aahh..Mbah juga mau
sampai.” Sukmo mempercepat genjotannya. Urat-urat penisnya berkedut tak mampu
dibendungnya.
Dengan semua kekuatannya yang tersisa,
dihentakkannya penisnya dalam-dalam hingga mentok ke dasar rahim Lisa. Diiringi
teriakan orgasme yang dahsyat,
“Aaaaaahhhhh……aaaahhh….Lisa….Silawe…Aaahhh..Hoong…
Lisaaaa….”
Lisa pun mengejang hebat, cairan vaginanya muncrat
bertumbukan dengan tumpahan sperma Mbah Sukmo yang sepertinya memenuhi liang
kenikmatannya. Tubuh Sukmo roboh di atas pelukan Lisa. Lemas, puas, dan nikmat.
Sukmo pelan-pelan mencabut penisnya dari vagina Lisa. Senyuman kemenangannya
tersungging di pipinya saat melihat sisa-sisa spermanya menetes keluar dari
vagina gadis cantik itu, berbaur dengan cairan vagina dan darah perawan.
“Mandilah, di kamar mandi itu. Upacara kita sukses
Nduk. Mamamu akan mendapatkan semua yang diinginkannya.” ujar Sukmo sambil
melemparkan kaos dan jeans pada Lisa yang masih terlentang di karpet.
Gadis ini masih tak percaya dengan apa yang
dialaminya. Dipungutnya pakaiannya, dan dengan langkah kaki yang masih lemas
dia masuk ke bilik kamar mandi di mana sang mama masih lelap dalam
kebugilannya.
“Gua juga dah dapat yang gua inginkan. Nyoblos
memang nikmat, daripada nyoblos di TPS mending nyoblos langsung calegnya
hehehe!” ujar Sukmo dalam hatinya sambil ketawa kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.